Sunday, October 25, 2015

Menata Keuangan untuk Mewujudkan Masa Depan Indah dan Sejahtera

Tung Desem Waringin di seminar Financial Revolution.

       Perjalanan hidup ini melewati tahap demi tahap waktu sesuai siklus kehidupan manusia mulai dari lahir-masa kanak-masa sekolah dan kuliah-bekerja-menikah-membesarkan anak-menikmati masa tua-meninggal dunia. Di masa anak-anak hingga kuliah saya tak banyak berpikir tentang urusan keuangan. Masalah makan, tempat tinggal, uang sekolah, pakaian, dan beragam kebutuhan ditanggung keluarga (orangtua). Hingga, masa bekerja pun tiba. Saya beruntung kuliah di sebuah sekolah kedinasan. Setelah lulus kuliah, saya bisa langsung bekerja sebagai PNS di sebuah kementerian. Saya menerima gaji bulanan sebagai imbalan kerja.

Rhenald Kasali di seminar Femina.
       Etape perjalanan hidup tak selalu melintasi jalan yang mulus. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang cukup stabil, datanglah riak-riak ujian. Di masa kecil, saya pernah mengalami kecelakaan dan membuat saya mengidap amnesia jenis retrograde (memori otak rusak sebagian), yaitu hilangnya sebagian kenangan masa kanak-kanak. Tahun 2001 yang notabene saya sudah dewasa, ingatan masa kecil yang lenyap itu pulih. Saya merasakan sakit yang teramat sangat, dan butuh waktu beberapa tahun untuk proses recovery (penyembuhan). 

Safir Senduk di acara Femina.

       Di masa-masa sulit itu, saya berobat ke dokter dan berkonsultasi ke psikolog. Saya sangat bersyukur bertemu dokter dan psikolog yang berwawasan luas dan mampu melihat potensi yang saya miliki. Dokter dan psikolog memberi saran agar saya berusaha terus belajar dan meluaskan pergaulan supaya saya cepat sehat. Saya dianjurkan ikut kegiatan di luar rutinitas kerja dan bergabung dalam komunitas yang beraktivitas positif. Kondisi saya waktu itu benar-benar jauh di bawah teman-teman seangkatan saat kuliah yang rata-rata sudah hidup cukup mapan. Saya sakit-sakitan, tinggal di kamar kos, dan tak memiliki banyak harta. Saya tak pernah menduga bahwa kondisi keterpurukan yang saya alami akhirnya menjadi turning point (titik balik) dalam kehidupan.

Ligwina Hananto di sebuah seminar.
       Saat itu saya sudah bekerja hampir 10 tahun, namun tak mempunyai asset yang cukup berharga. Penyebabnya? Saya tak punya keahlian mengelola keuangan dengan baik. Saya terbiasa menyisihkan dana ke dalam tabungan di akhir bulan. Uang yang masuk tabungan tentu saja hanya sisa-sisa berbagai pengeluaran selama satu bulan. Ketika sakit bertahun-tahun, uang tabungan pun ludes. Saya bersyukur karena menaati saran dari dokter yang merawat saya. Saya juga berterimakasih kepada psikolog yang sudah menasihati dengan bijak. Di saat sakit, saya berusaha untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di luar jam kerja. Saya mendaftar dan hadir di berbagai seminar, talkshow, dan beberapa acara komunitas (Ayahbunda, Femina, ISEI, dll). Saya mendapat banyak tambahan ilmu, salah satunya ilmu pengelolaan keuangan.

Rumah yang manis, tahun 2009. 
       Tahun 2005 adalah perkenalan pertama saya dengan seorang motivator sekaligus mentor keuangan yang dahsyat. Benar, Pak Tung Desem Waringin. Gaya mengajar P. Tung yang energik dan fun membuat saya hadir dan belajar Financial Revolution sampai 7 (tujuh) kali seminar. Edan tho?! Singkatnya, saya menerapkan rumus-rumus andalan yang diajarkan P. Tung dalam pengelolaan keuangan, yaitu 50 % untuk konsumsi, 10 % untuk amal, 20 % untuk cicilan utang, 10 % untuk tabungan (hari tua), 10 % untuk investasi (pendidikan). Hasilnya? Lumayan dahsyat, Bro! Saya berdisiplin mengikuti pos-pos anggaran yang saya buat, mengisi tabungan mapan setiap awal bulan dengan tujuan untuk uang muka rumah. Akhirnya, tahun 2009 sebuah rumah mungil (LB.55/LT.136) berhasil saya ambil dengan program KPR, mengangsur selama 15 tahun. Di samping itu, saya memiliki rekening tabungan yang isinya relatif besar untuk ukuran saya, tabungan deposito, dan investasi reksadana. Saya juga punya asuransi kesehatan swasta serta dana darurat (emergency fund). Alhamdulillah, saya tersenyum lega berhasil mengelola keuangan dengan cukup baik.       

Ruang perpustakaan kecil di rumah.
       Saya tetap rajin mengikuti berbagai acara dan seminar untuk menambah wawasan, terutama meningkatkan kemampuan mengelola keuangan. Tahun 2009, saya bertemu Rhenald Kasali dan menimba ilmu dari Safir Senduk di seminar yang diadakan Femina. Tahun 2010, saya belajar dari Ligwina Hananto tentang cara-cara menyiapkan dana pendidikan untuk anak yang ingin belajar (kuliah) di luar negeri. Saya senang sekali. Ilmu pengelolaan keuangan saya terasa semakin lengkap.


Syukuran menempati rumah baru saya.
       Akhir Januari 2011, saya memutuskan pindah ke rumah milik sendiri. Dalam sebuah lagu campursari (lagu Jawa) ada sebutan Panji Klantung untuk orang yang homeless (tak punya rumah). Jadi, saya tak ingin memperpanjang waktu menjadi Panji Klantung alias kutu loncat dari satu rumah kos ke rumah kos lainnya. Sayangnya, saya kurang memperhitungkan keadaan fisik dengan jarak tempuh baru dari rumah ke kantor. Rumah saya terletak di Sidoarjo coret pinggiran. Sementara itu, kantor saya di ujung Surabaya. Ternyata, tubuh saya belum sepenuhnya kuat menghadapi rute baru yang lebih jauh dibandingkan saat saya tinggal di dalam Kota Surabaya. Tak butuh waktu lama, di bulan Maret 2011 saya rawat inap di RS Mitra Keluarga Waru, Sidoarjo. Sisi baiknya, saya memiliki 2 buah asuransi kesehatan dari 2 produk perbankan. Premi asuransi tersebut biasa saya bayar dari kartu kredit. Setelah pulang dari rumah sakit, saya mendapat penggantian dana dari asuransi A plus asuransi B. Tak masalah. Yang jadi masalah, saya tak kuat berangkat dan pulang kantor memakai angkutan umum. Maka, saya terpaksa naik taksi untuk berangkat plus pulang kerja hampir setiap hari. Dana darurat pun menipis.

Alviko Ibnugroho di acara Sun Life.
       Rumah baru identik dengan banyak perbaikan. Tembok rembes, pagar depan belum ada, gagang pintu rusak, dll. Saya lagi-lagi terpaksa mengeluarkan sejumlah dana di luar pos anggaran, hingga dana cadangan pun habis. Beragam ujian dan banyaknya pengeluaran tak terduga membuat kondisi keuangan saya goyah. Puncaknya di tahun 2014, saya terpaksa menjual sebagian barang-barang koleksi (buku-buku, kain batik, dan beberapa peralatan rumah tangga) untuk menutup defisit anggaran bulanan. Saya bersyukur bahwa di tahun 2015 ini keadaan keuangan saya mulai membaik. Saya senang sekali di bulan September 2015 lalu mendapat undangan acara "Jumpa Blogger Sun Life" di Surabaya. Ilmu keuangan yang diberikan Alviko Ibnugroho tentang 8 'dosa' (kesalahan) dalam pengelolaan keuangan (baca di sini : http://storiespark.blogspot.co.id/2015/10/panduan-menjadi-kaya-mengelola-keuangan.html) memberi semangat untuk menata kembali keuangan saya.

Prita Ghozie di Novotel Surabaya.
       Awal Oktober 2015, saya datang ke acara Kumpul Komunitas Nova di Hotel Novotel Surabaya. Saya sangat bahagia mendapatkan ilmu tentang langkah-langkah mempersiapkan dana untuk menunaikan ibadah haji. Niat saya untuk menata keuangan dengan baik dan keinginan untuk segera beribadah haji ke Tanah Suci terjawab dengan kiat-kiat yang dibagikan Prita Ghozie, seorang pembicara yang cantik dan cerdas. Rasa-rasanya saya ingin cepat mewujudkan semua niat dan keinginan di kepala. Namun, saya sadar bahwa segala sesuatu harus dicapai setahap demi setahap.

Tabungan syariah untuk haji+umrah.
        Di dalam hidup ini, saya mensyukuri satu ilmu yang diwariskan oleh keluarga. Namanya ilmu mengelola hidup dan merancang masa depan. Secara ringkas saya menyebutnya ilmu perencanaan. Di masa kecil, kita pasti mengenal istilah cita-cita. Setelah dewasa dan cita-cita tercapai, kita seringkali berhenti, seolah kehidupan telah berakhir. Dengan demikian, ilmu merencanakan kehidupan ini semestinya dibuat berkesinambungan, bahkan hingga usia tua. Dalam merencanakan pencapaian cita-cita serta impian tentu tak akan terlepas dari masalah pendanaan (keuangan). Oleh karena itu, saya berusaha membuat planning (rencana) tentang apa saja yang ingin saya raih di setiap usia. Saya membagi rencana impian yang ingin saya raih dalam 3 tahap, jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (6-10 tahun), jangka panjang (11-15 tahun). Saya menyiapkan pula strategi dan target pencapaian finansial untuk merealisasikan impian-impian saya. Saya singkap sedikit impian jangka pendek yang ingin saya lakukan, yaitu : menunaikan ibadah umrah, melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi, dan merenovasi rumah. Saya pasti harus mempersiapkan dana untuk mewujudkan impian tersebut menjadi nyata.

Satu rekening bank untuk satu tujuan keuangan.
       Setelah cukup banyak menikmati pahit dan manis perjalanan hidup, tahun 2015 ini saya merasa perlu untuk menata ulang perencanaan dan pengelolaan keuangan saya.

Berikut ini beberapa kebijakan pengelolaan keuangan yang saya canangkan : 

1. Memberi prioritas pada kewajiban agama, asuransi, dan pelunasan utang
Saat menerima gaji bulanan, saya potong terlebih dahulu untuk ZIS (zakat, infaq, dan sedekah). Kemudian, saya ambil sebagian untuk membayar asuransi kesehatan swasta. Setelah itu, saya transfer sebagian untuk pembayaran angsuran rumah (KPR). Saya membuat target agar sisa utang KPR ini bisa segera terlunasi dalam waktu 3 tahun, dari sisa waktu utang yang 9 tahunan.

2. Membuat anggaran bulanan selama 1 tahun
Salah satu penyebab 'kebocoran' keuangan adalah pelanggaran dari pos-pos anggaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, saya berusaha untuk kembali menaati perencanaan keuangan bulanan dan tidak tergoda mengeluarkan dana untuk hal-hal yang belum menjadi prioritas. Anggaran bulanan yang dibuat sekaligus dalam jangka waktu 1 tahun memudahkan untuk melihat adanya surplus dan minus dana setiap bulan.

3. Menulis impian yang ingin diraih plus strategi serta target pencapaiannya
Saya menyiapkan buku khusus untuk mencatat impian yang ingin saya wujudkan setiap tahun berikut simulasi persiapan dana, serta penyiapan sumber-sumber dana untuk merealisasikannya. Saya berusaha untuk mematuhi target-target finansial yang saya buat.

4. Menambah penghasilan untuk meraih impian
Jujur saja, penghasilan saya sebagai PNS relatif tidak besar. Itu sebabnya, mulai awal bekerja saya terbiasa mencari penghasilan tambahan. Beberapa hal yang saya lakukan untuk menambah penghasilan adalah berjualan jilbab dan perlengkapan muslimah, menulis, dan berjualan buku-buku secara online. Saat kondisi keuangan saya terpuruk lagi tahun 2013-2014 lalu saya menemukan ide kreatif. Saya membuka "Klub Nulis Bersama" sebagai layanan jasa untuk menerbitkan buku. Royalti dari salah satu buku karya Klub Nulis Bersama saya sepakati bersama para kontributor untuk membantu penderita kanker (http://storiespark.blogspot.co.id/search/label/Galeri%20Info%20Klub%20Nulis%20Bersama). Saya yakin penghasilan tambahan dari menulis dan royalti buku-buku semakin lama semakin meningkat, dan suatu hari nanti bisa menjadi passive income dalam kehidupan.

5. Membuka rekening khusus untuk mencapai tujuan keuangan
Saya mempunyai 2 rekening dari 2 bank syariah, dan 5 rekening dari perbankan konvensional. Saya terbiasa membuka 1 rekening untuk 1 tujuan keuangan, agar tujuan akumulasi dana di rekening tersebut jelas. Sehingga, saya tidak seenaknya mengambil isi tabungan untuk membiayai sesuatu di luar rencana yang ditetapkan.
Contohnya :
- Tabungan BRI Syariah   :   menampung dana untuk menunaikan ibadah haji.
- Tabungan BNI Syariah   :   menampung dana untuk menunaikan ibadah umrah.
- Tabungan BCA              :   untuk melakukan pembayaran angsuran KPR, dst.

6. Berusaha beralih ke sistem perbankan (layanan) syariah
Saya seorang muslimah. Saya berusaha menata dan menjalani kehidupan, termasuk dalam hal keuangan sesuai syariat Islam. Salah satu hal yang saya lakukan saat ini adalah berusaha beralih dari perbankan konvensional ke perbankan syariah. Saya berusaha mencari info tentang produk-produk perbankan syariah agar bisa menjadi sahabat dalam pengelolaan keuangan. Dalam acara "Jumpa Blogger Sun Life" di Surabaya September 2015 lalu, saya menemukan bahwa Sun Life terpilih sebagai "Best Family Takaful Provider Indonesia 2015" (baca di sini : http://storiespark.blogspot.co.id/2015/10/jumpa-blogger-sun-life-financial-di.html). Saya tentu layak untuk mencoba produk-produk layanan syariah dari Sun Life Financial.

7. Cermat, hemat, dan disiplin dalam mengelola keuangan
Saya tak ingin mengulangi kondisi keterpurukan yang pernah saya alami. Itu sebabnya, saya berjanji dan berusaha untuk berhati-hati, cermat, dan disiplin dalam mengelola keuangan untuk masa depan cerah yang lebih sejahtera.

8. Menambah ilmu tentang pengelolaan keuangan dan memperluas jejaring pertemanan
Selama ini saya sudah cukup sering belajar imu keuangan dari beberapa pakar. Namun, saya tetap berinisiatif untuk memperdalam pemahaman tentang pengelolaan keuangan. Kemajuan zaman dan teknologi membuat saya terpacu untuk mampu mengikuti perkembangannya. Pengelolaan keuangan harus terus-menerus ditingkatkan kemampuannya, tak berhenti di satu titik. Saya merasa perlu untuk memperluas jejaring persahabatan. Dalam berbisnis dan menambah penghasilan, jaringan pertemanan yang luas mampu meningkatkan tambahan rezeki pula.

9. Memulai investasi meskipun dari instrumen yang kecil
 Seusai 'topan badai' (ujian finansial) berakhir, saya berniat mulai berinvestasi lagi. Alasannya, demi menyelamatkan asset (rumah) saya terpaksa menutup investasi reksadana yang saya miliki. Saat ini kelebihan dana yang ada setiap bulan relatif kecil. Saya putuskan mengumpulkan dana 2-3 bulan, baru dibelikan dinar atau dirham. Setelah itu, saya berniat belajar tentang investasi di reksadana (saham) dengan lebih baik. Saya merencanakan berinvestasi dalam bentuk skill (ketrampilan) untuk mengelola keuangan melalui seminar atau pelatihan yang lebih intensif.

Demikianlah beberapa upaya yang saya lakukan untuk mengelola keuangan dengan lebih baik. Saya merencanakan meraih masa depan yang indah dan sejahtera dengan cara persiapan dan pengelolaan keuangan dengan cermat. Saya meyakini bahwa niat baik akan dimudahkan pula oleh Allah SWT untuk meraihnya. Sebagai muslim saya ingin lebih berdaya agar dapat menunaikan ibadah dengan lebih baik serta membantu lebih banyak kaum dhuafa. Saya bercita-cita menjadi muslimah yang kaya dalam arti mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan secara seimbang, dengan total harta lebih besar dari keseluruhan utang. Saya berharap mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup dari passive income, penerimaan di luar gaji bulanan. Saya berusaha mengelola keuangan dengan baik, menambah income, dan belajar berinvestasi dengan bijak. Saya yakin perencanaan hidup dan keuangan yang baik, diiringi pengelolaan keuangan yang cermat dan bijak mampu mewujudkan masa depan yang indah dan penuh kesejahteraan bagi diri sendiri bersama keluarga, serta masyarakat luas. Saya teringat incantation yang biasa diucapkan P. Tung Desem Waringin di setiap seminar. When you take action, the miracle happen! Mari membangun impian. Mari membangun kekayaan. Mari kita wujudkan kehidupan yang indah dan sejahtera untuk menjadi bagian dari komponen bangsa yang kuat serta berdaya.






No comments:

Post a Comment