Thursday, September 22, 2022

Review Buku "Dru dan Kisah Lima Kerajaan"


"Mengembara ke lima kerajaan fantasi bersama Dru"


Judul buku : Dru dan Kisah Lima Kerajaan
Penulis : Clara NG (Clara Regina Juana)
Ilustrasi : Renata Owen
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ukuran : 13,5 X 20 cm
Tebal : 208 halaman
Cetakan : pertama, April, 2016
ISBN : 978-602-0321-59-2
Peresensi : Sri Juli Astuti



       Cerita dibuka dengan tampilnya Dru, seorang gadis cilik, yang memanjat pohon rambutan. Dia dihukum orangtuanya karena marah-marah pada anak yang memunguti buah rambutan yang dijatuhkan ke tanah. Dru dikurung di dalam kamar. Saat memandang laut dari jendela kamar, selendangnya tertiup angin. Dia mengejar selendang miliknya dengan menaiki buih ombak yang berubah menjadi kupu-kupu. Dru terjatuh ke sebuah lubang, masuk ke negeri asing, dan mengalami petualangan yang menakjubkan.


       Dru bertemu seekor keong yang bijaksana, dan memberitahunya cara untuk bisa kembali ke dunia asalnya. Dru harus menyelamatkan para raja di negeri tersebut.
"Bukalah matamu. Selama kamu percaya, keajaiban akan menampilkan keberadaannya." (halaman 41).


       Dru menjelajahi negeri ajaib agar bisa pulang. Dia bertemu Raja Tanti Pala (Kerajaan Logam), Raja Aditsu (Raja Kota Pencuri), Raja Wrekodara (Kerajaan Merah), Raja Parmadi (Raja Desa Pahlawan), Raja Nala (Raja Kampung Hening). Sanggupkah Dru menemukan Danau Cermin agar bisa kembali ke rumahnya? Kita bisa membaca halaman-halaman berhias ilustrasi apik untuk menemukan jawabannya.


       Clara NG menghadirkan kisah dongeng dengan sentuhan lokal. Kerjasama dengan Renata Owen membuat tampilan buku semakin cantik. Pesan-pesan moral dalam buku layak untuk dicatat serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Alur kisah petualangan Dru relatif panjang, berpindah dari satu kerajaan ke kerajaan lain. Nama dan pengalaman di setiap kerajaan berbeda-beda. Hal ini membutuhkan daya ingat yang cukup baik. Nilai lebihnya, kosa kata juga akan bertambah. Wawasan tentang budaya lokal di Indonesia meningkat pula.


       Pembaca anak-anak sepertinya butuh pendampingan ayah atau ibu. Salah satu tujuannya adalah upaya untuk bersama-sama memecahkan berbagai misteri atas permasalahan yang dihadapi para raja.
Pesan utama dari perjalanan imajinatif Dru adalah,"Semua orang harus mampu menolong dirinya sendiri. Selebihnya, percaya saja bahwa semesta akan ikut membantu." (halaman 194).
Anda tertarik berpetualang bersama Dru? Bacalah buku kolaborasi Clara NG dan Renata Owen ini.



#bacabarengwishSeptember2022
#muslimahbacabuku
#MenggapaiJannah





Monday, September 19, 2022

Review "Mary Poppins"


 
"Terbang ke dunia imajinasi bersama Mary Poppins"


Judul buku : Mary Poppins
Penulis : P.L. Travers
Penerjemah : Desak Pusparini
Ilustrasi : Rizki Goni
Penerbit : Qanita (PT Mizan Pustaka)
Ukuran : 13 X 20,5 cm
Tebal : 226 halaman
Cetakan : pertama, Agustus, 2012
ISBN : 978-602-9225-53-2
Peresensi : Sri Juli Astuti



"Punya ciri khas kisah fantasi yang menyenangkan." 
(The New York Times)



       Nama dan karakter Mary Poppins terdengar sayup-sayup waktu saya masih kanak-kanak hingga usia dewasa muda. Saya baru mengenal sosok pengasuh (nanny) eksentrik ini saat menonton film "Mary Poppins Return" akhir tahun 2018. Sebuah film musikal yang menurut saya bagus sekali.


       Saya punya buku tentang Mary Poppins. Saya baru tahu ternyata kisahnya ada delapan seri. Mary Poppins yang saya baca sepertinya bagian pertama dari rangkaian episode. Dalam buku ini, Mary Poppins digambarkan memasuki kehidupan keluarga Mr. Banks dan Mrs. Banks.


       Mr. Banks meminta Mrs. Banks untuk memilih; sebuah rumah yang bagus, bersih, dan nyaman, atau empat orang anak. Akhirnya, Mrs. Banks lebih memilih memiliki Jane, Michael, serta John dan Barbara. (halaman 14). Kepergian Katie Nanna, membuat keluarga Banks membutuhkan penggantinya. Alhasil, Mary Poppins hadir memenuhi iklan lowongan kerja di koran.


       Konon, Mary Poppins datang bersama angin Timur, dan pergi kala angin berubah. Dia bekerja sebagai pengasuh di rumah nomor tujuh belas, Cherry-Tree Lane, London, U.K. Rumah tersebut menjadi tempat tinggal keluarga Mr. Banks. Mary Poppins adalah bagian keluarga tersebut, menjadi pengasuh Jane, Michael, serta si kembar John dan Barbara. Kehadiran Mary Poppins yang tegas, kaku, dan punya rahasia magis mengubah gaya hidup anak-anak Banks.


       Mary Poppins sering membawa Jane dan Michael berpetualang ke dunia fantasi, melalui kunjungan ke pamannya, mengenal Andrew- anjing Miss Lark-(tetangga sebelah), cerita tentang sapi merah penari, petualangan via kompas ajaib, bertemu wanita penjual pakan burung, mencicipi kue jahe buatan Mrs. Corry, bahasa ajaib John plus Barbara, ulang tahun Mary di kebun binatang, juga berbelanja kebutuhan natal. Awalnya Mary Poppins kurang disukai Jane maupun Michael karena biasa menanamkan kedisiplinan pada mereka.


       Saat angin Barat tiba, Mary Poppins memenuhi janji untuk pulang, meninggalkan tempat kerjanya di Cherry-Tree Lane. Michael mendapatkan kenang-kenangan berupa kompas ajaib. Sementara itu, Jane menerima lukisan Mary Poppins yang dibuat Bert (sahabat Mary). Demikianlah, kasih sayang tumbuh seiring kebersamaan. Mary Poppins menghilang, namun memori atas dirinya ada di hati keluarga Mr. Banks. Au revoir, sampai jumpa lagi, pesan yang ditulis Mary untuk Jane.


       Satu kejutan sudah saya temukan ketika membuka halaman-halaman depan buku. Saya mengira P.L. Travers adalah laki-laki. Ternyata, saya keliru. Pamela Lyndon Travers berjenis kelamin wanita. Dia seorang novelis yang hebat, karena menciptakan nanny yang unik dan misterius, Mary Poppins. Cerita pengasuh ajaib, Mary Poppins, telah difilmkan dan membuat pemirsanya jatuh hati. Buku karya Bu Pamela dilengkapi ilustrasi sederhana. Jumlah halamannya juga tidak terlalu tebal, hingga nyaman dibaca sebagai pelepas penat. Imajinasi penulis tentu mengacu pada setting Mary Poppins lahir, Inggris. Itu sebabnya, pembaca berusia muda (usia sekolah dasar) sebaiknya perlu pendampingan dari ayah atau ibundanya. Yang jelas alam ilusi yang melingkari Mary Poppins mampu membuat pembaca kagum, karena bergerak secara tak terduga, serta melampaui ekspektasi. Anda berminat untuk menjelajahi dunia Mary Poppins bukan, bestie?





#bacabarengwishSeptember2022
#muslimahbacabuku
#temanmuslimah
#MenggapaiJannah






Thursday, September 1, 2022

Review Buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia"


"Mengenal lebih dekat proklamator Indonesia"



Judul buku : Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
Judul asli : Sukarno an Autobiography as Told to Cindy Adams
Penulis : Cindy Adams
Penerjemah : Syamsu Hadi
Penerbit pertama : The Bobbs-Merrill Company Inc, New York, 1965
Penerbit Indonesia : Yayasan Bung Karno bekerjasama dengan Penerbit Media Pressindo
Ukuran : 16 X 24 cm
Tebal : xiii + 415 halaman
Cetakan : pertama, Agustus, 2007 (edisi revisi)
ISBN : 979-96573-2-9
Peresensi : Sri Juli Astuti



       Buku ini lahir atas saran Howard Jones, Duta Besar Amerika untuk Indonesia kepada Sukarno,"Anda tidak bisa menemui semua orang di seluruh dunia secara pribadi, tetapi Anda bisa menemui mereka lewat halaman-halaman buku. Anda adalah ahli pidato terbesar setelah William Jennings Bryan. Anda menawan hati jutaan pendengar di lapangan terbuka. Mengapa tidak berusaha mencapai jumlah pendengar yang lebih besar lagi?" (halaman 16).


       Awalnya, Sukarno keberatan kisah perjalanan hidupnya dituliskan, karena menurut ajaran Islam baik buruknya kehidupan seseorang hanya dapat dinilai setelah dia meninggal dunia. Namun, pertemuan Sukarno dengan Cindy Adams mengubah pikirannya. Salah satu pertimbangan Sukarno bersedia diwawancara untuk penulisan otobiografi adalah usia yang mulai bertambah tua, serta harapan agar buku tersebut menambah pengertian yang lebih baik tentang Sukarno dan Indonesia tercinta.


       Cindy Adams bekerja sebagai wartawati Amerika, yang berada di Jakarta pada tahun 1961, bersama suaminya (Joey Adams) pemimpin Misi Kesenian Presiden Kennedy ke Asia Tenggara. Cindy Adams di mata Sukarno adalah,"Perempuan Amerika yang riang dan rapi ini, dengan rasa humornya yang tinggi, menawan hatiku. Wawancara dengan Cindy menyenangkan sekali dan tidak menyakitkan hati. Tulisannya jujur dan dapat dipercaya sepenuhnya. Bahkan dia tampak menaruh simpati pada Indonesia dan persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan lebih dari itu, dia adalah penulis tercantik yang pernah kutemui!" (halaman 18).


       Istilah penyambung lidah rakyat ditemukan dalam tulisan Bung Karno pada buku Menggali Api Pancasila,"Aku ini bukan apa-apa tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat, dan aku penyambung lidah rakyat." Hal tersebut relevan dengan kebiasaan Sukarno yang mirip Harun ar-Rasyid, keluyuran di malam hari. Sukarno punya prinsip,"Aku milik rakyat. Aku harus melihat mereka, aku harus mendengarkan mereka, dan bersentuhan dengan mereka. Aku merasa bahagia kalau berada di tengah mereka. Bagiku mereka adalah roti kehidupan. Aku membutuhkan massa rakyat."


       Sukarno lahir di Surabaya, 06 Juni 1901, waktu fajar, saat Gunung Kelud meletus. Nama lahirnya Koesno. Ayahnya Raden Sukemi Sosrodiharjo, keturunan Sultan Kediri. Ibunya bernama Idayu, keturunan bangsawan Bali, dari kasta Brahmana. Waktu kecil Koesno sakit-sakitan. Ayahnya mengganti namanya jadi Sukarno, diambil dari nama tokoh di Mahabharata. Kita bisa membaca kisah ayah-ibu Sukarno yang kawin lari karena perbedaan suku (Jawa dan Bali), maupun keyakinan (Islam dan Hindu). Pernikahan beda suku mulai terjadi pada masa itu. Sukarno menulisnya,"Sekarang kami sudah menjadi orang Indonesia dan kami satu. Semboyan negeri kami adalah Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi satu." (halaman 25).


       Sukarno dibesarkan secara sederhana. Singkatnya, saat memasuki sekolah menengah dia dimasukkan ke Hogere Burger School (HBS) Surabaya. Dia dititipkan ke rumah H.O.S. Cokroaminoto. Pak Cok adalah pemimpin Sarekat Islam (SI), menjadi tempat Sukarno belajar tentang politik dan organisasi. Sukarno menulis lebih dari 500 artikel untuk Oetoesan Hindia, surat kabar Pak Cok, dengan nama pena Bima. Sukarno akhirnya menikahi Utari Cokroaminoto, putri gurunya. Namun, tahun 1922 Sukarno memutuskan untuk bercerai.


       Sukarno melanjutkan pendidikan ke Sekolah Teknik Tinggi di Bandung. Bandung menjadi kota yang mempertemukannya dengan Inggit Garnasih, istri keduanya. Tanggal 04 Juli 1927 Sukarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Kiprah perjuangan melalui dunia politik membuat Bung Karno mulai mengenal kehidupan di penjara, seperti Banceuy, Sukamiskin, juga pengasingan. Sejarah mencatat Bung Karno pernah menjalani masa pembuangan di Ende, Flores, juga Bengkulu. Bung Karno mengenal Fatmawati saat pengasingan di Bengkulu, yang kemudian menjadi ibu negara, serta memberi 5 putra dan putri.


       Kedatangan Jepang dimanfaatkan Bung Karno dengan menyusun strategi mempersiapkan kemerdekaan. Bung Karno berkolaborasi dengan Bung Hatta. Mereka dikenal sebagai dwi tunggal. Perjuangan melalui jalur diplomasi terbukti membuahkan hasil. Tanggal 17-08-1945 Bung Karno membaca teks proklamasi sebagai pertanda kemerdekaan Indonesia. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia terus berlanjut. Bung Karno sebagai presiden pertama Indonesia, berupaya mendapatkan dukungan negara-negara lain, melalui kunjungan/lawatan ke luar negeri.


       Bung Karno sering dijuluki Don Juan karena memiliki beberapa istri. Uraian pada otobiografi hanya mengisahkan hubungan Bung Karno sampai pada Hartini, dan tidak membahas istri-istri lainnya. Perubahan politik membuat kehidupan Bung Karno terkena dampaknya. Tulisan Bu Cindy ditutup dengan pesan Bung Karno,"Apabila aku telah mencapai sesuatu selama di atas dunia, ini adalah karena rakyatku. Tanpa rakyat aku tidak berarti apa-apa. Kalau aku mati, kuburkanlah Bapakmu menurut agama Islam dan di atas batu kecil yang biasa engkau tulislah kata-kata sederhana: Di sini beristirahat Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia." (halaman 375).


       Otobiografi karya Cindy Adams dilengkapi dengan lampiran-lampiran sebagai berikut:
- Lampiran 1 memuat wasiat Bung Hatta kepada Guntur Sukarno Putra.
- Lampiran 2 berisi tentang Yayasan Bung Karno.
- Lampiran foto-foto.
Tulisan riwayat hidup Bung Karno disajikan secara menarik. Apabila ada yang perlu diperbaiki adalah penulisan percakapan semestinya mengacu pada EYD, yaitu . (titik) dilanjutkan " (tanda penutup), bukan sebaliknya.
Foto-foto sebaiknya diletakkan di akhir atau pertengahan bab, sehingga mudah dilihat dan sesuai dengan narasi yang dibaca. Penempatan foto-foto di bagian belakang buku, menambah waktu untuk menyesuaikan foto dengan cerita yang ditulis pada bab-bab sebelumnya. Apakah Anda tertarik untuk mengenal sisi kehidupan pribadi Bung Karno, bestie?


#bacabarengwishagustus2022
#muslimahbacabuku
#MenggapaiJannah





Review Buku "Kartini"


"Memahami bahasa perjuangan pena Kartini"


Judul buku : Kartini
Penulis : Abidah El Khalieqy
Editor : Teguh Afandi
Penerbit : Noura Books (PT. Mizan Publika)
Ukuran : 14 X 21 cm
Tebal : vi + 368 halaman
Cetakan : pertama, April, 2017
ISBN : 978-602-385-280-2
Peresensi : Sri Juli Astuti


"Sementara saya menulis skenario Kartini, Abidah telah berhasil memotret sisi perempuan yang tak terbaca laki-laki. Karena itu, kehidupan Kartini menjadi penting untuk diceritakan olehnya."
(Hanung Bramantyo, sutradara film Kartini)


       Kartini hanya lulusan sekolah rendah (ELS). Namun, dia berusaha untuk menabrak akar tradisi bahwa wanita tak sekadar kanca wingking dalam suatu pernikahan. Dia mempunyai perspektif tentang dunia yang begitu jauh. Dia menentang terhadap ketidakadilan pada zamannya. Reaksi Kartini melalui surat-surat yang ditulisnya bagai senjata, yang mengentak kesadaran seorang Ratu Wilhelmina.


       Memahami Kartini adalah menyelami perasaannya akan nasib Ngasirah (ibu kandungnya) yang terusir dari rumah utama. Dia sedih saat harus memanggil ibunya dengan sapaan Yu, layaknya kepada pembantu. Hatinya perih ketika Kardinah (adiknya) dijadikan sebagai istri kedua, menyaksikan kepedihan perempuan yang seolah menjadi-jadi usai pernikahan.


       Kartini berusaha berjuang untuk meraih kemerdekaan bagi kaum wanita melalui pena. 
Surat-surat kepada para sahabatnya di kemudian hari dibukukan dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang". Kartini sepertinya kurang menyadari adanya politisi busuk yang berusaha menikungnya.



       Langkah-langkah yang diambil Kartini merupakan perjuangan untuk meraih hidayah Ilahi. Salah satu protesnya adalah,"Mengapa Al-Qur'an tak boleh diterjemahkan, sehingga tak bisa dipahami isinya?" Akhirnya, Kartini menemukan satu-satunya yang dia kehendaki,"Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu hamba Allah."


       Buku perjalanan kehidupan Kartini ditulis dalam bentuk novel. Bahasanya indah, uraian kata-katanya menyentuh hati. Tulisan di bagian akhir waktu Kartini izin untuk menikah ke ibu kandungnya, membuat pembaca meneteskan air mata.
"Ni pamit, Yu. Ni mau jadi Raden Ajeng."
"Yu ikhlas dan berdoa untuk kebahagiaanmu, Ndoro. Jadilah Raden Ajeng yang penuh bakti pada suami dan keluargamu. Gusti Pangeran akan menjagamu." (halaman 362).


       Buku karya seorang penulis wanita ini bagus sekali. Apabila ada yang perlu diperbaiki adalah kualitas kertasnya, sehingga warnanya tidak cepat menguning. Hal lain yang bisa menjadi masukan adalah penambahan foto-foto. Sehingga, para pembaca bisa menerbangkan imajinasi mereka ke zaman di mana Kartini hidup, berjuang dengan pikiran, untuk meraih kemerdekaan dari belenggu tradisi yang mengungkung kaum wanita. Jika ada waktu bacalah buku ini, bestie. Anda siap melanjutkan mimpi serta cita-cita Kartini, bukan?



#bacabarengwishAgustus2022
#muslimahbacabuku  
#MenggapaiJannah