Showing posts with label Album Catatan Penaku. Show all posts
Showing posts with label Album Catatan Penaku. Show all posts

Saturday, February 19, 2022

Catatan Februari 2022

       Bulan sudah berganti. Januari berakhir, Februari hadir. Ada beberapa cerita di bulan ini yang ingin saya bagikan ya:

01) Wah, kok sudah Imlek lagi? Saya mengawali pagi hari dengan sarapan bubur ayam. Saya bersyukur saat ini ada layanan pesan antar. Jadi, pas badan kurang sehat, makanan bisa diantar tanpa kita harus pergi ke warung. Saya juga pesan beberapa ayam crispy buat kucing yang sering ke rumah. Hehe, mumpung tanggal muda ya Cing....

       Oya, saya menemukan guyonan seputar Imlek di grup wa. Saya share ya, biar kita bisa senyum sama-sama.


#Mukidi ikut imlek
Mukidi : "Cik, nanti Imlek ke rumahku yaa...."
Cik Amey : "Oke Muk, kowe open house ya?"
Mukidi : "Iya Cik, kan setahun sekali...."
Cik Amey : "Ngomong-ngomong, siapa yang Cina? Bapak atau ibumu?"
Mukidi : "HP-ku Cik...."
Cik Amey :
?????

       Hayo, siapa yang hapenya juga merek Cina? Kita tos ya. Trus, kita Imlekan. Nonton barongsai tah?


02) Saya sudah lama jarang datang ke hajatan. Sejak ada wabah covid-19, sebagian orang memilih menunda acara pernikahan, dan kegiatan sejenis. Alhamdulillah, siang ini saya dimudahkan hadir ke acara tetangga perumahan yang mantu putranya. Si Mase gagah tinggi besar. Mbake ayu tipluk-tipluk.
Wes, cocok lah yaw....

                                            
       Beberapa hari ini saya susah makan, biasa gangguan saluran pencernaan. Saya bersyukur di mantenan ketemu lontong sate. Alhamdulillah, saya bisa maem makanan yang empuk dan sesuai untuk badan yang kurang sehat. Konsep hajatan zaman now sepertinya nggak seribet waktu saya masih kecil. Saya melihat kesederhanaan malah membuat undangan merasa nyaman. Ada meja-meja dengan camilan, dan kue-kue yang bisa dimaem di tempat, atau dibawa pulang.


       Nah, saya tadi bawa pulang pisang, lemper, dan beberapa kue sajian. Oya, kita santap siang sambil mendengarkan lagu dari musisi yang diundang. "Apa kowe ora krasa tak batin saben dina...."
Yawes, rasah dibatin Mas, Mbak, langsung disanding wae.
Sip tenan pokoke...!!!


03) Setiap perbuatan baik insya Allah akan berbuah kebaikan pula. Kalau ingin menangkap ayam, jangan dikejar nanti kita akan lelah dan ayam pun makin menjauh. Berikanlah ia beras dan makanan, nanti dengan mudah ia datang dengan rela.


       Demikian pula halnya rezeki. Melangkahlah dengan baik, jangan terlalu kencang mengejar, ngotot memburu. Kita akan lelah tanpa hasil. Bersedekahlah, nanti rezeki akan datang menghampiri tepat waktu. Bila ingin memelihara kupu-kupu, jangan tangkap kupu-kupunya, pasti ia akan terbang. Tanamlah bunga​. Maka, kupu-kupu akan datang sendiri dan membentangkan sayap-sayapnya yang indah.


       Bahkan, bukan hanya kupu-kupu yang datang, tetapi kawanan yang lain juga datang, lebah, capung, dan lainnya akan menambah warna warni keindahan.​
Sama halnya dalam kehidupan di dunia ini. ​Ketika kita menginginkan​ kebahagiaan dan keberuntungan, tanamlah kebaikan demi kebaikan, kejujuran demi kejujuran. Kebahagiaan dan keberuntungan akan datang karena dianugerahkan oleh Yang Mahakuasa. Selagi masih diberi hidup,​ mari kita bangun taman-taman bunga kita. Bunga kebajikan dan bunga kejujuran. Bagaimana menurut Anda?






Friday, January 7, 2022

Hadiah Januari 2022


       Apa hadiah yang Anda bagikan di awal tahun 2022? Apa hadiah yang biasa Anda berikan saat teman atau sahabat berkunjung ke rumah? Saya biasa memberi buku untuk dijadikan sebagai oleh-oleh. Alhamdulillah, sejak tahun 2013-an saya kembali menekuni dunia tulis-menulis. Saya baru menghasilkan 1 buku solo, dan sekitar 65 buku antologi (menulis bersama).

       Salah satu buku yang sering saya berikan sebagai cinderamata adalah "Storycake for Your Life: Kekuatan Doa". Buku ini lahir dari sebuah kolaborasi. Naskah/tulisan di dalam buku merupakan hasil lomba menulis yang diselenggarakan Indscript. Para penulisnya ibu-ibu (wanita) yang menyukai dunia literasi (menulis). Kita tak berinteraksi secara langsung di dunia nyata. Namun, kita akrab, serta saling berbagi ilmu melalui ruang maya. Begitulah the power of emak-emak, tanpa bertatap muka tetap mampu menghasilkan karya. Hebat kan? Sebuah kisah lama yang layak jadi pembuka layar tahun baru 2022.


       Indscript berkolaborasi dengan Penerbit Gramedia. Hasilnya, buku Storycake Kekuatan Doa sempat mejeng di toko-toko buku Gramedia. Gramedia berkolaborasi dengan Amazon. Hingga, Storycake Kekuatan Doa dipasarkan secara internesyenel (internasional). Minggu ini, saya memutuskan membaca ulang Storycake Kekuatan Doa. Ada rasa haru, syukur, maupun doa yang kembali hadir. Hidup tak melulu mengejar duniawi dengan segala rupa aksi. Hidup ini butuh bimbingan serta bantuan-Nya melalui doa-doa sebagai pengiring langkah.


       Doa adalah harapan yang kita mohon hadir dalam kehidupan.
Doa adalah penguat langkah kala sakit dan kesulitan. Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama, serta cahaya langit dan bumi. Doa bisa kita lantunkan sepanjang perjalanan hidup, saat lapang maupun susah. Doa mampu menumbuhkan rasa damai dalam hati. Namun, ada satu doa yang saya takuti. Doa orang teraniaya. Kenapa? Doa orang yang dizalimi itu tak ada hijab dengan Allah.  Insya Allah, doa tersebut dikabulkan-Nya. Itu sebabnya, saya berusaha selalu berbuat baik, agar senantiasa dalam keselamatan.



       Doa orang yang terzalimi itu dibawa ke atas awan, dibukakan pintu langit, dan bertemu dengan kemuliaan Tuhan.  Akhirnya, doa akan diijabah, wujud keadilan Tuhan. Saya biasa membaca ulang Storycake Kekuatan Doa sebagai pengingat atas anugerah Allah SWT, tambahan usia. Para penulis dan penerbit Storycake Kekuatan Doa bukan kaleng-kaleng. So, buku ini layak dibaca serta dikoleksi. Harapan saya, buku kami bisa menginspirasi para pembacanya untuk senantiasa menghadirkan doa-doa di setiap langkah kehidupan.





*) Note ;
Saya baca buku sambil nyamil kulit ayam crispy kiriman tetangga.
Alhamdulillah.





Tuesday, January 29, 2019

Catatan Kecil untuk Dua Sahabat


M. Fadillah berdiri paling kanan.


       Hari ini tiga bulan yang lalu, rasa berduka kembali hadir. Saya mengenang tahun 2018 sebagai tahun duka cita. Di sepanjang tahun 2018, ada beberapa sahabat, teman sejawat, dan teman sekolah yang kembali pada-Nya. Namun, kesedihan yang dalam terasa saat sahabat-sahabat dekat 'pergi' dengan cara yang mengejutkan, meninggalkan duka mendalam. Inilah dua cerita kenangan atas dua sahabat baik saya yang turut menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610.

1) Kenangan persahabatan bersama M. Fadillah

       Kehilangan salah satu sahabat terbaik itu berat. Sampai hari ini saya masih merasa sedih, teramat sangat.... Tiga bulan lamanya, jemari ini belum mampu mengetikkan ungkapan duka. Hingga, sore 29-01-2019 'aroma melati' yang hadir membuat saya teringat kenangan persahabatan kami.


       Pagi itu 29-10-2018, saya terbangun lebih dini. Entahlah, saya tiba-tiba mencari album foto saat awal bekerja di Surabaya. Saya tanpa sadar bergumam lirih,"Fadil, nggak usah berangkat kerja...." Mungkin, kedekatan kami sebagai sahabat membuat saya mampu merasakan firasat buruk. Saat saya tiba di kantor, ada pesan di grup WA bahwa pesawat Lion Air JT-610 hilang kontak. Ujungnya, pesawat dinyatakan jatuh. ID card Moh. Fadillah pun terekspos kamera....

Inilah cuplikan cerita persahabatan kami.
Suatu pagi, ada teman yang berjalan di lorong kantor.
Saya : Dari kantor pusat ya?
Fadil : Iya mbak.
Saya : DL?
Fadil : Enggak mbak. Saya penempatan di sini.
Saya : Alhamdulillah.

       Akhirnya dari beberapa teman dan adik kelas, saya lebih dekat dengan Fadil. Mungkin, hubungan kerja membuat kami lebih sering saling berkomunikasi. Saya biasa bercerita tentang beberapa hal. Fadil pun mau berbagi cerita tentang berbagai hal, termasuk saat dia pdkt ke adik kelas yang cantik.

       Saat dimutasi ke kantor di lt. 4 (sekitar tahun 1999), saya masih sering berkunjung ke kantor lama, minta dibantu mengetik jika banyak pekerjaan. Saya pernah membawa sebungkus kue. Saya mengenang obrolan ini sebagai sesuatu yang mengharukan.
Saya : Fadil, kok kuenya nggak dimakan?
Fadil : Buat Fahmi, mbak....

       Ada satu 'wasiat' untuk saya. Fadil pernah melompat dengan tangan terulur, ingin menyentuh langit-langit ruangan. Dia tidak berhasil.

Fadil : Aku nggak berhasil menggapai impianku.
Saya : Impian apa?
Fadil : Kalo sudah pensiun, Fadil ingin bikin pesantren untuk anak-anak penghafal Al-Quran. Sepertinya, Fadil nggak sampai pensiun. Kalo nggak terwujud, Mbak Yuli yang bangun pesantren ya....
Saya : Memang kamu mau ke mana?
Fadil : Fadil kayaknya kecelakaan pesawat....
Saya : Hush, jangan ngomong gitu. Pamali.

Saya memprediksi Fadil rajin shalat malam. Dia sepertinya sudah tahu bagaimana akhir hidupnya. Beberapa kali Fadillah menyampaikan hal tersebut kepada saya. Namun, saya selalu meminta agar dia tetap berdoa agar diberi-Nya panjang usia.
Selamat jalan, Fadillah. Doakan 'mbakmu' bisa mewujudkan impianmu....
Maafkan kami bila ada kesalahan padamu....


 2)  Kenangan persahabatan bersama Hesti Nuraeni


Hesti Nuraini, adik kelas yang baik hati.


       Saya tak seberapa ingat kapan tepatnya mulai mengenal Hesti Nuraini. Bahkan, saat musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 saya merasa dia bukan siapa-siapa. Saya lupa, dan merasa tidak mengenalnya. Seorang teman yang sedang mengikuti suami tugas belajar di Australia menulis di FB bahwa Hesti pernah bertugas di Surabaya. Saat itulah sosok Hesti yang ramah kembali hadir dalam memori saya.

       Suatu sore saat menunggu azan Ashar di masjid kantor (saya lupa tahunnya), saya menatap jam dinding di tembok. Saya tak merasakan kehadiran seorang muslimah berjilbab yang menatap wajah saya lekat-lekat.

Hesti  :  Subhanallah, mbak.... Matamu indah sekali. Bening, seperti embun pagi.
Saya  :  Apa dik? Maaf ya, namanya siapa? Kita belum saling mengenal.
Hesti  :  Matamu indah sekali, mbak. Bening, seperti embun pagi. Oya, saya Hesti. Mbak namanya siapa?
Saya   :  Saya biasa dipanggil Yuli. Alhamdulillah, mata ini biasa aja kok....

       Sejak pertemuan di masjid itu, saya dan Dik Hesti menjadi teman yang cukup akrab. Kami biasa duduk di lantai masjid menunggu shalat jamaah sambil berbagi cerita. Saya sering bersandar di bahu empuk Dik Hesti yang kala itu bertubuh 'subur' hingga tertidur beberapa menit. Menurut Dik Hesti tidur itu memang lebih nyaman sambil bersandar pada sesuatu yang empuk, seperti bahunya....

       Saya mengenang Dik Hesti sebagai sosok muslimah yang energik. Dia selalu bersemangat menyampaikan pesan bahwa sebagai muslimah kita tetap harus berdakwah, meski bekerja. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kapasitas seorang muslimah yang bekerja. Misalnya, mengajak ibu-ibu yang belum berhijab untuk berjilbab, mengajar membaca Al-Qur'an, dll. Satu hal yang menjadi perhatian Dik Hesti adalah muslimah yang sendirian, baik karena belum menikah (dan belum bekerja), atau ditinggalkan pasangan (baik karena perceraian maupun meninggal dunia). Ya, janda-janda muslimah itulah yang menjadi objek yang ingin dibantunya.

       Saat itu, saya masih berpikiran sederhana, belum sejauh jangkauan pola pikir Dik Hesti. Saya lebih fokus membantu anak-anak yatim piatu, anak jalanan, serta mengajarkan keislaman pada teman-teman di kantor. Waktu itu, saya pernah tercatat sebagai satu-satunya muslimah berjilbab di kantor. Ada sejumlah tantangan untuk mengenalkan kewajiban menutup aurat kepada teman-teman muslimah di kantor. Saya membuka pengajian kecil di tempat kerja, memanggil ustaz dan ustazah untuk mengajarkan membaca Al-Qur'an, dan berbagi buku-buku Islam. Saya dan beberapa teman mengumpulkan dana sebulan sekali untuk membiayai beberapa program seperti santunan yatim, dll. Alhamdulillah, program pengumpulan dana tersebut berhasil kami wadahi dalam bentuk lembaga manajemen infaq yang berbadan hukum (pernah terpilih sebagai Lazda terbaik Jawa Timur, kini menjadi Laznas).

       Dik Hesti sepertinya tetap keukeuh di jalur yang dipilihnya, pemberdayaan wanita muslimah. Hal ini terlihat saat dia pindah dari Surabaya. Saya mendengar bahwa Dik Hesti mendirikan sebuah wadah untuk para muslimah, Yayasan Tugas Ibu (YTI) di Tangerang. Saya teringat bagaimana saat di Surabaya Dik Hesti berusaha mewujudkan impiannya. Salah satu hal yang dilakukan Dik Hesti adalah berjualan. Dia sering bercerita ingin menjadi pengusaha 'palugada' (apa loe mau, gua ada). Subhanallah. Saya? Saat itu, saya masih malu-malu untuk berbisnis. Saya memilih menulis untuk menambah penghasilan. Satu hal yang membuat saya salut. Dik Hesti merencanakan keuntungan jualannya untuk membeli kios di Jakarta. Kiosnya ingin dia pinjamkan (tanpa sewa) kepada janda-janda muslimah yang membutuhkan. Sebuah amal yang sungguh mulia.


Saya, Si Mata Bening, seperti embun pagi.... ^_^

       Setelah dewasa, saya paham bagaimana beratnya menjadi seorang janda. Seorang wanita single parent (janda) musti berperan sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Tugas yang relatif berat. Hal ini bisa menjadi lebih berat apabila ada 'kecurigaan' lingkungan. Si wanita muslimah yang 'sendirian' tersebut dianggap sebagai 'ancaman' bagi wanita lainnya. Itu sebabnya, wanita-wanita muslimah tersebut harus berdaya, agar tidak direndahkan.

       Saya pernah melihat ada janda yang, mohon maaf, 'mengganggu' kehidupan rumah tangga wanita lain. Hal seperti ini tentu sekadar kasuistis saja. Saya sangat yakin banyak sekali janda muslimah yang tetap menjaga kehormatannya, meskipun harus berjuang seorang diri. Saya juga pernah menemukan kasus wanita lajang yang, maaf, 'mengambil tempat' wanita lain, bahkan dengan cara yang tidak baik. Kejadian semacam ini pasti juga kasuistis semata. Ada sangat banyak wanita muslimah lajang yang ikhlas sendirian dengan selalu menjaga kehormatan dirinya. Di titik inilah, saya mampu melihat pandangan visioner (jauh ke depan) seorang Hesti Nuraini.

       Beberapa tahun lalu, saya sempat sakit-sakitan. Ternyata, Allah swt berkenan memulihkan kesehatan saya. Dik Hesti dan Fadillah justru mendahului saya. Allah swt memilih saya yang tetap bertahan di dunia. Mungkinkah Allah swt memindahkan tongkat estafet amanah Fadil dan Dik Hesti pada saya? Insya Allah, saya akan berusaha merealisasikan impian sahabat saya (M. Fadillah), dan melanjutkan amanah Dik Hesti untuk terus memberdayakan wanita-wanita muslimah, meski dengan cara yang berbeda. Dik Hesti sepertinya memberikan pelatihan membuat kue-kue, memasak, dan kegiatan sejenis di YTI. Saya lebih paham tentang dunia buku dan menulis. Semoga saya bisa mengajak lebih banyak muslimah untuk semakin tangguh melalui kalam (pena). Menulis itu mencerahkan dunia.

       Kini, saat pulang kerja saya sering memandang taman kecil di halaman kantor. Terbayang lagi rasanya waktu Dik Hesti Nuraini terakhir kali berpamitan pada saya,"Mbak, saya pindah ya. Mohon maaf, kalo selama ini saya ada kesalahan. Semoga Mbak Yuli selalu bahagia. Semoga Allah swt memberi Mbak Yuli kebarokahan dan 'teman' yang membuat Mbak Yuli selalu bermata bening, seperti embun pagi...." Hati ini menangis dik, bila terkenang pesanmu. Terlebih, sejak hari itu hingga hari ini, kita tak pernah bersua lagi....

       Selamat jalan sahabat-sahabat terbaik, M. Fadillah dan Hesti Nuraini. Doakan 'mbakmu' ini mampu melanjutkan amanah kalian. Dari seberang sana, semoga Dik Hesti melihat mata ini tetap bening, seperti embun di pagi hari. Semoga mata ini juga mampu berpijar indah seperti kejora di malam hari. Andai kalian masih ada, tentu kita bisa saling menguatkan, membangun mimpi bersama-sama. Satu pesan Dik Hesti yang saya catat dalam ingatan,"Setiap orang baik akan meninggalkan jejak di hati kita, memberikan jejak di hati teman-teman, dan tetangganya."

      Bismillah. Ya Allah, bimbinglah langkah hamba agar mampu meninggalkan jejak kebaikan bagi sesama, di lingkungan yang seluas-luasnya. Bang Fadil, Dik Hesti, doakan 'mbakmu' menemukan sahabat-sahabat baru yang sebaik kalian. Di era milenial ini, rasanya saya mulai agak kesulitan mendapatkan teman-teman yang bisa memuliakan dan menguatkan sahabat seperti kalian. Semoga optimisme di hati saya bisa mendeteksi sinyal dari teman-teman yang baik, amanah, dan berakhlak mulia. Telah tunai tugas dunia kalian. Doakan saya dan teman-teman tetap istiqomah menapak di jalan kebenaran, meraih keridhoan Allah swt. Semoga kelak kita bisa bertemu kembali di Taman Surga-Nya....







Friday, September 1, 2017

Rasa Syukur dan Waktu Terbaik


Bingkai kenangan Idul Fitri 2017.


       Hallo pembaca! Bagaimana kabarnya? Saya cukup lama tak menyapa Anda dengan tulisan-tulisan di blog ini. Anda ingin tahu mengapa saya lama tak menulis? Heuheu, ceritanya cukup panjang. Masih mau tahu? Pingin tahu banget? Baiklah, mari saya jelaskan ya.

       Saya mengingat dengan baik, di bulan September 2016 ada sebuah undangan dari Allianz dan Nakita. Nah, di bulan September tersebut saya terpaksa merenovasi rumah. Terpaksa? Ya, terpaksa. Kusen kayu jendela depan rumah ada yang lapuk, menciptakan celah di bagian bawah. Celah itu semakin melebar ketika kucing-kucing liar berusaha masuk ke dalam rumah, menggaruk kayu yang lapuk. Bulan September identik dengan musim penghujan. Maka, hujan terus-menerus dan udara dingin telah menarik hati seekor ular masuk ke dalam rumah, melalui celah kusen kayu yang terbuka.

       Saya sungguh bersyukur, ular tersebut tak menyakiti. Allah swt berkenan melindungi saya. Namun, saya merasa trauma. Itu sebabnya, dana di tabungan saya pergunakan mengganti kusen-kusen jendela yang mulai rapuh, melapisi semen halaman belakang, dst. Akibatnya, tabungan saya terkuras dengan cepat, dan beberapa rencana musti disesuaikan. Sepertinya, ada sedikit kesalahan dalam proses pengerjaan bangunan di halaman belakang.

       Hujan deras turun di malam hari usai saya ikut acara Allianz + Nakita. Saya berasa mimpi ketika ada rasa dingin air merambati punggung. Ternyata? Air hujan yang tak mampu melewati saluran pembuangan masuk ke dalam rumah. Saya pasrah. Saya buka pintu depan, membiarkan air mengalir ke halaman. Ujian baru terasa berat saat pagi harinya saya harus membersihkan rumah, mengepel, mencuci baju-baju yang terendam air, memilah buku-buku yang basah, dst. Akibatnya? Tak hanya demam menggigil, pinggang saya serasa mau lepas. Alhasil, dokter meminta saya bedrest sampai tubuh pulih kembali. Grrrr....

Saya di samping Kelenteng Bon Tek Bio.

       Demikianlah saudara-saudara, setelah beberapa bulan beristirahat (dalam arti tidak melakukan pekerjaan yang berat-berat), pinggang saya mulai membaik. Namun, ide-ide tulisan di kepala menjadi tak tertuliskan. Saya sepertinya keenakan menikmati istirahat, lupa masih banyak pe-er menulis yang harus segera dieksekusi. Saya menata ulang rencana-rencana. Kesimpulannya, tahun 2017 saya harus lebih rajin menulis, termasuk mengisi blog. Kenyataan berbicara berbeda. Tahun 2017, saya dimutasikan ke kantor lama. Kok kantor lama? Benar, saya sudah pernah bertugas di kantor tersebut, bergabung kembali di 2017. Tugas baru, beradaptasi dengan lingkungan baru, tambahan tugas mengisi website kantor, membuat rencana aktif menulis di blog pribadi kembali tertunda.

       Namun, saya meyakini bahwa segala sesuatu pasti sudah mengikuti perencanaan Allah swt yang lebih hebat dan sempurna. Ada banyak kebaikan (kebarokahan) dan hadiah-hadiah dari Allah swt yang sungguh luar biasa dan layak saya syukuri sepanjang tahun 2017. Bulan Januari, saya menikmati suasana baru di kantor. Bulan Februari, Allah swt mengizinkan saya bertemu kembali dengan seorang sahabat lama yang berbelas tahun tak bersua. Bulan Maret, Allah swt membawa kaki saya melangkah ke Gili Labak, Sumenep. Bulan April, saya banyak mengikuti kegiatan yang menambah ilmu. Bulan Mei, saya menikmati liburan kecil ke Jakarta, berbonus bisa hadir di sebuah acara Femina (Writer's Club) yang diadakan di The Westin Jakarta.

       Bulan Juni, saya menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang terasa lebih nyaman dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ikut hadir pada undangan buka puasa bersama di acara Womenwill Conference kerjasama Femina dan Google Indonesia, serta berlebaran di kota kecil tercinta. Bulan Juli, saya merasa bahagia bisa bersilaturahmi dengan teman-teman kuliah di Kampus Jurang Mangu, ikut tes masuk Unair dengan hasil lulus (diterima). Bulan Agustus, saya mulai mengikuti perkuliahan di Unair, dan pindah ke Surabaya menjadi anak kos lagi. Maka, nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Shalat Idul Adha 1438 Hijriah.

       Semua kenikmatan di atas, pastilah sudah diatur Allah swt dengan sebaik-baiknya. Buat saya, hal-hal kecil dan bisa jadi sepele di mata orang lain, adalah anugerah Allah swt yang sungguh luar biasa. Saya teringat tulisan bijak yang beberapa bulan lalu sempat beredar di WA. Saya ketikkan ulang untuk Anda semua :

"Papua 2 jam lebih awal dari Jakarta, namun bukan berarti Jakarta lambat, dan Papua cepat. Keduanya bekerja sesuai "Zona Waktu" masing-masing. Ada orang yang masih sendirian. Ada yang sudah menikah beberapa kali. Ada yang menikah, namun harus menunggu 10 tahun untuk memiliki momongan. Ada yang diberi momongan dalam setahun waktu pernikahan.

Ada orang yang lulus kuliah di usia 22 tahun, menunggu 5 tahun untuk mendapatkan pekerjaan. Ada juga yang baru lulus kuliah usia 27 tahun, langsung mendapatkan pekerjaan. Seseorang menjadi CEO di usia 25 tahun, meninggal di usia 50 tahun. Orang lain, menjadi CEO di usia 50 tahun, hidup hingga usia 90 tahun.

Setiap orang bekerja mengikuti "Zona Waktu" dengan kecepatan masing-masing. Bekerjalah sesuai "Zona Waktu" kita. Kolega kita, teman-teman, adik kelas kita mungkin tampak lebih maju. Yang lain, terlihat di belakang kita.

Setiap orang di dunia ini berlari di perlombaannya sendiri-sendiri, jalurnya sendiri-sendiri, dalam waktunya masing-masing. Allah swt punya rencana yang berbeda-beda untuk masing-masing orang. Waktu untuk setiap orang berbeda-beda.

Obama pensiun dari jabatan presiden di usia 55 tahun. Trump menjadi presiden di usia 70 tahun. Jangan iri kepada mereka, atau mengejeknya. Itu "Zona Waktu" mereka. Kita pun berada di "Zona Waktu" kita sendiri. Kita tidak terlambat, tidak lebih cepat. Kita punya "Zona Waktu" sendiri.

Yang penting kita terus berusaha dan berkarya terbaik sehingga rencana-rencana indah Allah swt atas hidup kita terjadi (menjadi kenyataan). Allah swt pasti membuat semuanya indah pada waktunya.
Mari kita menikmati waktu terbaik yang Allah swt pilihkan untuk kita...."

       Demikianlah, pagi hari di awal bulan September, saya terbangun oleh suara takbir bersahutan. Saya melakukan muhasabah (perenungan) kecil atas perjalanan selama tahun 2017 ini. Saya menerima banyak nikmat, kebaikan, dan hadiah dari-Nya. Kesemuanya pantas untuk saya syukuri. Hidup merupakan rangkaian perjalanan untuk mensyukuri segenap anugerah-Nya, meyakini bahwa Allah swt memberi "Zona Waktu" yang berbeda-beda, waktu terbaik yang Allah swt pilihkan bagi setiap hamba-Nya untuk menerima 'piala' keberuntungan.

       Tugas kita sebagai hamba adalah berdoa dan bersyukur kepada-Nya, serta optimis berikhtiar, percaya bahwa Allah swt pasti menurunkan keberhasilan, keindahan, maupun terkabulnya permohonan di waktu terbaik yang ditetapkan-Nya untuk kita. Alhamdulillah, saya menghirup udara pagi awal September dengan rasa syukur teramat dalam, serta meyakini bahwasanya waktu-waktu terbaik akan Allah swt berikan di sesi yang tepat. Delapan bulan di tahun 2017 telah menjadi bukti "Zona Waktu" untuk sesi terbaik saya sedang bekerja. Maka, nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?







Tuesday, July 5, 2016

Catatan Pengujung Ramadhan 1437 H


Takbiran penanda menyambut hari raya.

       Apa yang membuat Anda terkesan menjalani hari-hari Ramadhan di masa kecil? Buat saya, kesan mendalam di masa kanak saat menunaikan puasa Ramadhan adalah alunan shalawat tarhim menjelang azan Subuh dan suara blenggur sebagai penanda waktu berbuka puasa telah tiba. Mengapa saya bertanya tentang kenangan masa kecil? Karena, sesuatu yang indah dan berkesan dalam menjalani puasa Ramadhan di masa kanak mampu memberi semangat ketika kita bertemu Ramadhan tahun-tahun berikutnya.

       Saya menikmati sebagian masa kecil di Madiun. Di kota tersebut, waktu itu suara blenggur dijadikan penanda waktu berbuka tiba. Itu sebabnya, saya senang duduk di tempat sepi jelang waktu berbuka, menyimak dengan takzim kapan suara blenggur terdengar. Sesaat setelah suara letusan meriam kecil berdentum, saya lari masuk ke dalam rumah, mencari minuman dingin untuk berbuka puasa. Kenangan berkesan lainnya adalah suara shalawat tarhim yang terdengar usai waktu sahur. Shalawat tarhim biasa diperdengarkan di waktu imsak, mengantarkan datangnya fajar Subuh. Di telinga saya, lantunan shalawat tarhim dari masjid-masjid di pagi hari Ramadhan terasa berbeda, lebih syahdu dan menyentuh hati.


Storycake : Kekuatan Doa terbit di Ramadhan 1437 H.
   
       Alhamdulillah, kenangan manis dan berkesan dalam menikmati Ramadhan masa kecil membuat saya selalu merindukan hadirnya Ramadhan kala telah dewasa. Setelah dewasa, saya menunaikan ibadah puasa dengan beragam pengalaman, tak selalu sama dari tahun ke tahun. Saya pernah merasakan nuansa Ramadhan khas kampus semasa kuliah di pinggiran Jakarta. Suasana dan rasa Ramadhan juga terasa berbeda saat saya memasuki dunia kerja.

       Singkatnya, setiap Ramadhan memiliki warna-warni yang berubah dari tahun ke tahun. Setelah pindah dari Jakarta ke Surabaya, corak Ramadhan jelas berubah dari nuansa khas Betawi dan Sunda ke suasana Jawa Timuran. Satu yang tak berubah, antusiasme umat Islam dalam menyambut dan menyemarakkan bulan Ramadhan. Di Surabaya, saya tak mendengar suara petasan renteng seperti yang biasa disulut orang Betawi untuk menyambut bulan Ramadhan. Saya jarang melihat warga saling bertukar hantaran untuk menandai awal puasa. Namun, saya melihat pasar dan pusat perbelanjaan ramai diserbu pengunjung yang berbelanja kebutuhan selama Ramadhan. Salah satu item yang laris dibeli adalah buah kurma.

       Alhamdulillah, tahun ini saya bisa berpuasa selama satu bulan penuh, tanpa bolong. Saya bersyukur di bulan Ramadhan ini (tepatnya pertengahan Juni 2016) sebuah buku antologi yang berisi tulisan saya dan teman-teman IIDN terbit. "Storycake for Your Life : Kekuatan Doa" akhirnya hadir sebagai salah satu seri Storycake. Buku ini diterbitkan atas kerjasama Indscript Corp. dengan Penerbit Gramedia. Saya menulis dengan mencantumkan nama pena, yaitu "Muthia Kamila". Kehadiran buku ini seolah menjadi pengingat bagi saya untuk selalu berteguh hati di dalam doa-doa. Saat perjalanan hidup tak mulus, penuh ujian, dan berbagai tumpukan masalah tak mampu diselesaikan dengan logika pikiran, di situlah ranah kekuatan doa berperan.

       Doa-doa yang kita lantunkan membawa kita untuk tawakal, mengembalikan segala urusan ke tangan-Nya, memohon petunjuk solusi yang terbaik dari-Nya. Tawakal jelas-jelas berbeda dengan hopeless. Tawakal adalah rasa berserah diri setelah beragam upaya dilakukan. Tawakal adalah meminta energi dan arahan untuk terus berikhtiar menjemput masa depan yang lebih baik. Sementara itu, anggapan berdoa sebagai simbol keputusasaan adalah kesimpulan orang-orang yang pikirannya hanya diisi dengan logika duniawi semata. Berdoa, berserah diri pada Allah tidak sama dengan putus asa. Justru doa-doa adalah perwujudan semangat untuk melewati berbagai etape kehidupan yang sulit dengan bimbingan-Nya, tak berorientasi pada hawa nafsu semata.

Storycake : Kekuatan Doa mejeng di TB. Gramedia se-Indonesia.

       Maka, di pengujung Ramadhan ini saya berdoa penuh khusyu' pada-Nya memohon agar diberi usia dan kesempatan bertemu Ramadhan tahun-tahun mendatang. Semoga Ramadhan tahun ini bukanlah Ramadhan terakhir dalam hidup saya. Saya masih berkeinginan menambah amal di masa-masa mendatang. Saat alunan takbir mulai berkumandang sore ini, saya kirimkan doa untuk keluarga dan orang-orang terkasih yang telah tiada. Semoga mereka damai di sisi-Nya. 

       Di akhir Ramadhan waktu kecil saya biasa menulis ucapan selamat hari raya pada lembar-lembar kartu lebaran. Sejak beberapa tahun lalu ketika HP dan internet menyerbu dunia, saya ikut arus, tak lagi berkirim kartu lebaran. Sejujurnya, saya tetap senang dan bahagia menerima sepucuk amplop berisi kartu cantik dan ucapan selamat hari raya. Sayangnya, tak ada lagi yang mengirim kartu-kartu lebaran untuk saya. (Hehe, lha saya juga nggak kirim kartu lebaran ke siapa-siapa....) Saya bersyukur menerima kiriman beberapa kartu lebaran via e-mail. Ya, zaman sudah berubah. Saat ini orang lebih menyukai hal-hal yang praktis. 

Salah satu kartu lebaran yang saya terima.

       Saya tetap bahagia membuka e-mail berisi ucapan selamat hari raya maupun kartu lebaran. Saya sendiri tak sempat mengirim e-mail kartu lebaran untuk sahabat-sahabat dekat maupun jauh (di mata ya, bukan di hati). Siang tadi, saya masih berbelanja beberapa kebutuhan lebaran untuk sanak-kerabat. Saya sebenarnya tak berniat membeli baju baru untuk berhari raya Idul Fitri. Baju lebaran saya tahun lalu belum saya pakai, masih tersimpan rapi di plastiknya. 

       Namun, usai berbelanja buku saya mencoba sebuah gamis dan...tumben ukurannya pas di tubuh. Biasanya, gamis-gamis di gerai busana muslimah selalu menjadi 'baju kebesaran' untuk ukuran tubuh saya yang agak tergolong mungil. Nah, ketika menemukan gamis yang ukurannya pas di tubuh membuat saya kegirangan dan membelinya. Kebetulan, warnanya saya suka, kemerahan. Ya sudahlah, anggap saja gamis tersebut sebagai hadiah karena saya sudah berhasil berpuasa sebulan penuh. Boleh kan?

Kartu lebaran dari Inspira Book.

       Pembaca, selamat Idul Fitri 1437 H. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah Swt. menerima segala amal ibadah kita di bulan Ramadhan. Semoga kita bertemu Ramadhan tahun-tahun mendatang. Yuk mari, insya Allah besok saya mudik.






Friday, May 13, 2016

AADC 2 : Kamu Jahat! Lho, Cinta Balikan sama Rangga?

AADC 2 tayang bersaing dengan Captain America.

       "Aku akan kembali pada satu purnama," janji Rangga pada Cinta. 
(AADC 1)

       Jika menerima janji seperti kalimat di atas, apakah Anda percaya? Menurut saya, tergantung pada usia ya. Apabila janji tersebut disampaikan saat usia remaja, mungkin saya percaya. Namun, jika janji tersebut saya dengar saat AADC 1 tayang, saya jelas tidak percaya. AADC 1 diputar di bioskop-bioskop 14 tahun lalu (tahun 2002). Tahun 2002 itu saya sudah kerja di Surabaya, berusia 20-an awal. Sebelumnya, saya sempat menjadi sekretaris (magang sebelum penempatan) di Jakarta. Nah, kalimat Rangga di atas adalah bahasa diplomatis yang perlu diperjelas alias diminta kepastiannya. Satu purnama itu purnama yang mana, kapan, di mana, benar datang apa nggak, datangnya sama siapa, dst?

       Hehe, sebagai mantan sekretaris saya punya cukup banyak pengalaman dengan bahasa bersayap seperti di atas. Misalnya, saya sering berkata,"Bapak (atasan saya) sedang sibuk."
Itu maksudnya bisa beragam :
- Atasan saya benar-benar sibuk.
- Atasan saya sedang tidak di tempat.
- Atasan saya sedang menyibukkan diri karena enggan bertemu tamu yang datang, dst.

Begitulah, perbedaan usia membawa perbedaan persepsi pula. Saya tidak menonton AADC 1. Buat apa? AADC 1 berkisah tentang kisah kasih Rangga dan Cinta, anak-anak SMA, sudah kurang pas dengan usia saya waktu itu. Setelah ratusan purnama, tahun 2016 ini AADC 2 muncul. Banyak sinopsis maupun komentar bahwa film ini bagus plus layak ditonton. Saya jadi kepo, bagaimana sih cerita lanjutan Cinta dan Rangga? OK deh, saya ikut nonton juga.

       Singkatnya, hari Rabu, 11-05-2016 lalu saya berhasil mendapatkan tiket untuk nonton AADC 2. Sebelumnya, saya pernah membatalkan niat nonton karena tiket yang tersedia untuk pemutaran film di atas pukul 21.00 WIB. Saya nonton di Surabaya. Saya tinggal di Sidoarjo. Masak saya harus sampai rumah lewat tengah malam karena bela-belain nonton film AADC 2? Rabu lalu, saya mendapat tiket untuk film yang diputar pukul 18.50 WIB. Maka, saya putuskan menonton AADC 2 bersama para pengunjung bioskop Plaza Surabaya yang rata-rata berusia muda.

       AADC 2 merupakan sekuel lanjutan kisah persahabatan Geng Cinta yang kini telah bertambah usia. Asumsinya, 14 tahun lalu mereka berusia 18-19 tahun, kini mereka sudah berumur 30-an awal. Saat berkumpul kembali tentu sudah ada perubahan. Alya sudah meninggal dunia. Maura sudah menikah dan beranak 3. Milly sedang hamil putra pertama. Karmen gagal dalam kehidupan pribadinya. Cinta bersiap menikah dengan tunangannya, Trian. Cerita kumpul-kumpul, reunian dengan jalan-jalan berempat ini berbumbu sedap karena secara tak sengaja Karmen dan Milly melihat Rangga yang pulang ke Yogya. Selanjutnya, para pembaca yang sudah menonton film sampai tuntas pasti tahu bahwa Rangga dan Cinta bertemu. Rangga mengajak Cinta jalan-jalan ke beberapa tempat sambil menjelaskan penyebab putusnya hubungan mereka. Hingga, happy ending terwujud ketika Cinta menyusul Rangga ke New York, balik kucing atawa balikan lagi. Ehemm, puas kan?!

AADC 2 versi baru "Ada Ahok (foto) Dengan Cinta". Sumber foto dari : www.detik.com.


       Cerita dalam film tentang persaudarian di antara 4 wanita seingat saya sudah ada sebelum AADC 2. Betul. Ada Sisterhood dan Sex and the City yang berasal dari luar negeri sana. The Sisterhood beranggota geng cewek dengan personel Bridget, Carmen, Lena, dan Tibby, berkisah tentang persahabatan 4 anak usia kuliahan lengkap bersama konflik dengan pacar masing-masing. Sex and the City adalah cerita tentang geng wanita yang lebih dewasa berisi 4 anggota, Carrie, Samantha, Charlotte, dan Miranda. Geng Cinta merupakan kelanjutan group anak SMA yang kini sudah beranjak dewasa. Menurut saya AADC 2 memang bagus dan layak ditonton, terlebih bisa jadi hiburan pelepas penat sepulang kerja. Alur ceritanya indah, setting dan pengambilan gambarnya bagus, dialognya renyah berbalut humor, pemainnya bening-bening, lagu-lagu di dalamnya juga merdu. Ada satu lagu yang saya sukai di film ini. Lagu sing endi? Lagu yang mana? Lagu sing iki lho! Lagu yang ini lho!   

"Giiirrr, ra minggiiirrr, tabraakkk
 Giiirrr, ra minggiiirrr, tabraakkk...!!!"

Hahaha! Kok lagu itu? Iya, soalnya mudah ditirukan. Secara saya ini bukan vokalis atau penyanyi yang bagus, lagu itu mudah dihafal dan diulang kembali. Alasan bersahaja. Yang jelas, saya mengapresiasi film ini sebagai salah satu film yang bertema kekinian namun mengajak penonton untuk mengenal dan menggali salah satu budaya Indonesia, khususnya Yogyakarta. Semoga suatu hari nanti, ada film dengan latar budaya dari suku bangsa Indonesia yang lainnya. Oya, pesan moral di film ini saya cerna secara fun saja. Kesimpulan akhirnya, mantan itu jangan terburu-buru dibuang, ditimbang-timbang ulang, siapa tahu masih bisa CLBK dan balikan lagi seperti Rangga dan Cinta. Hehehe....

Meme Ahok dan Cinta selfie. Sumber foto dari : www.detik.com.

       Keesokan paginya, usai malam sebelumnya nonton AADC 2, saya membaca laman berita di internet. Saya baru tahu bahwa hari Rabu malam, 11-05-2016 Ahok juga nonton AADC 2. Wah, kita nobar (nonton bareng) dong! Maksudnya, saya nonton AADC 2 di Surabaya. Pak Ahok juga nonton AADC 2 di Jakarta sono. Hihihi, kok bisa barengan ya? Padahal, kita nggak janjian. Halah! Saya membaca berita di internet sambil mesam-mesem. Ternyata, usai Ahok foto bareng Cinta judul AADC 2 berubah. Mau tahu? AADC 2 versi terbaru = Ada Ahok (foto) Dengan Cinta. Sebuah meme yang dikirim warga ke Pak Ahok juga mengundang senyuman. Lihat saja foto di atas ya, terus kita bisa senyum sama-sama. Ah hampir lupa, saya dan Pak Ahok juga baper melihat adegan yang sama saat nonton AADC 2. Itu tuh, adegan waktu Rangga ketemu ibu kandungnya setelah puluhan tahun berpisah, lanjut dengan makan bersama keluarga. Mungkin, ini faktor usia ya. Penonton yang berusia 30-an awal bisa jadi baper saat Rangga berpelukan dengan Cinta di Amerika sana. Beda orang, beda usia, pasti berbeda pula nilai rasanya.

       Ok deh, selamat untuk Mbak Mira Lesmana, Riri Riza, para pemain, dan semua kru AADC 2! Filmnya bagus dan berkesan. Saya yakin banyak yang berharap ada AADC 3, dan semoga bisa rilis tanpa harus menunggu ratusan purnama.



~ Catatan :

- Baca berita terkait di sini : Selfie Ahok-Cinta, Ahok Baper Tonton AADC 2.
- Tulisan ini dibuat berdasarkan fenomena yang terjadi saat AADC 2 tayang, bukan berarti bahwa penulis pro-Ahok. 






Thursday, April 7, 2016

Golek Panglipur Ati : Nonton Kungfu Panda 3

Po panda Si Pendekar Naga.

"Yesterday is history. Tomorrow is mistery. Today is present." 
(Kungfu Panda 1)


       Entah kebetulan, entah tidak. Entahlah. Kungfu Panda tayang di bioskop pada saat-saat saya sedang merasa sedih. Lho, blogger kok sedih? Yeee, blogger kan juga manusia. Tahun 2008 lalu, ada beberapa kerabat yang meninggal dunia dan membuat saya merasa berduka. Waktu itu bertepatan dengan Kungfu Panda 1 beredar di pasaran dunia perfilman. Saya tercatat 2 kali nonton aksi Po yang lucu dan mengundang tawa untuk melepaskan kesedihan. Saya benar-benar terkesan pada tingkah polah panda gendut Po yang berusaha keras untuk menjadi pendekar kungfu. Ternyata, kegigihan Po berbuah manis. Dia mampu tampil menjadi master kungfu dan mengalahkan sosok jahat bernama Tai Lung.

       Tahun 2011, ada sesuatu yang lagi-lagi membuat saya feel blue (blue ya, bukan flu). Suatu kebetulan pula, di tahun yang sama Kungfu Panda 2 dirilis. Saya kembali menonton Po yang sudah mahir berkungfu-ria, namun tetap kocak dan lugu untuk ukuran master kungfu. Seorang pendekar kungfu mestinya ramping, lincah, dan penuh percaya diri dalam melawan kejahatan. Po? Dia sosok panda gembul, doyan makan, dan dalam ramalan para ahli kungfu berjuluk 'pendekar hitam dan putih'. Hehe, seorang pendekar kungfu yang menabrak pakem atau ukuran standar seorang petarung andal. Ajaibnya, panda antik ini justru mampu mengalahkan lawan-lawan beringas dengan berbekal kepolosan dan berbagai ulah kocaknya yang memecahkan tawa para pemirsa.

Kungfu Panda 3 tayang 2016.

       Tahun 2016 ini, saya kembali merasakan satu kesedihan yang tak bisa dituliskan secara terbuka di sini. Suatu cerita bahagia layak untuk saya bagikan. Namun, satu kisah muram biarlah menjadi sudut rahasia antara diri saya dengan Allah SWT saja. Saya merasa tak perlu berbagi cerita tentang hal-hal yang mengandung muatan kelabu. Kejutan manisnya, lagi-lagi Kungfu Panda hadir di tahun ini. Ya, Kungfu Panda 3 merupakan seri happy ending buat Po. Panda montok baik hati itu akhirnya bertemu ayah kandungnya dan berkumpul dengan komunitas aslinya, para panda. Jadi, rasanya tidak salah apabila saya menonton Kungfu Panda 3 sebagai panglipur ati, pembangkit semangat untuk terus melangkah mengarungi kehidupan.

       Sejak melihat petualangan Po dkk. di Kungfu Panda, saya jatuh hati pada film ini. Khusus di Kungfu Panda 3, saya sungguh turut bahagia bahwa pada akhirnya Po bisa bergabung dengan komunitas yang sejenis dengannya, keluarga besar panda. Saya pun melihat ketulusan Mr. Ping (ayah angkat Po) dalam merawat dan membesarkan panda tambun Po hingga tumbuh dewasa. Seperti yang tersorot di film, ada 3 hal yang menjadi kecintaan Mr. Ping : Po, mie, dan berjualan mie. Maka, kehadiran ayah kandung Po jelas mengundang kecemburuan Mr. Ping. Sisi baiknya, Mr. Ping dan ayah kandung Po mampu berdamai serta membangun sinergi untuk menolong Po melawan musuhnya, yaitu Jenderal Kai.

       Dampak serial film Kungfu Panda ini membuat saya senang mengumpulkan memorabilia yang berkaitan dengan tokoh-tokoh di film. Salah satu koleksi yang saya miliki adalah gantungan kunci berbentuk karakter Po dan Master Shifu. Mudah-mudahan saya bisa mengoleksi karakter-karakter yang lainnya. Saya berusaha hunting benda-benda yang berhubungan dengan tokoh-tokoh Kungfu Panda. Namun, saya memburunya dengan santai dan bahagia, tanpa rasa ngoyo. Ya iyyalah, kan tidak ada yang mewajibkan serta mengawasi.

Gantungan kunci : Shifu dan Po.

       Di samping kelucuan Po, satu hal yang saya sukai dari film-film berlatar kungfu maupun China adalah pesan kearifan yang terselip di dalam alur ceritanya. Seri Kungfu Panda 1, 2, maupun 3 mengandung ajaran bijak yang tergelar sepanjang film. Pelajaran bijak itu dituturkan oleh para guru kungfu seperti Master Oogway dan Master Shifu. Akhirnya, serial Kungfu Panda menjadi sebuah taman yang membagikan kebajikan dan kebijakan dalam menjalani kehidupan.

Berikut ini beberapa pesan kebijakan yang berhasil saya tangkap dari serial Kungfu Panda 1 s.d 3 :

Yesterday is history. Tomorrow is mistery. Today is present. Artinya, kita harus mensyukuri hari ini sebagai hadiah. Itu sebabnya, kita semestinya melakukan sesuatu yang bermanfaat pada hari ini, dan tak perlu gamang untuk menyongsong hari esok yang masih penuh misteri. (Kungfu Panda 1)

- Kedamaian itu tak usah kita kejar ke mana-mana. Kedamaian sejati ada di dalam jiwa kita sendiri. Itulah konsep inner peace, kedamaian jiwa. (Kungfu Panda 2) 

- Semakin banyak kamu mengambil, maka kamu akan merasa semakin kekurangan. (Kungfu Panda 3)

       Demikianlah, niat awal saya menonton Kungfu Panda hanya sekadar mencari penghibur hati. Pada kenyataannya, saya malah memperoleh tambahan ilmu kearifan untuk terus tegar, tabah, serta sabar dalam melewati beragam ujian kehidupan. Terimakasih ya, Po! Kamu itu panda gendut yang pantang menyerah, polos, lucu, apa adanya, dan menggemaskan. Kelemahan Po merupakan kelebihan dirinya. Semoga saya mampu mencontoh sisi sederhana ini, menerima kekurangan, kemudian mengasahnya menjadi sebuah kelebihan.




~ Catatan :

- Golek panglipur ati = mencari penghibur (atas duka) hati





Tuesday, February 9, 2016

Me Time : Nonton Film di Layar Laptop

Tiga film bagus yang menginspirasi.

       Libur panjang 3 hari, ngapain aja? Itu pertanyaan yang sering saya terima usai deretan 3 tanggal merah terlewati. Saya sih tipe orang rumahan. Jika ada deretan hari libur saya lebih senang di rumah, bersih-bersih, beberes rumah. Atau, saya nikmati me time di rumah. Saya punya beberapa me time sederhana, baca buku sambil menikmati musik klasik, menulis sambil menyeruput teh hangat, dan menonton VCD di layar laptop. Nah, libur 3 hari di awal Februari ini saya memilih menonton film di rumah. Ada 3 judul film yang saya tonton sambil ngemil dan mendengarkan derai-derai rinai hujan. Film pertama yang saya putar adalah kisah dongeng "Cinderella". Berikutnya, saya memutar film "Assalamu'alaikum Beijing". Di sore terakhir liburan, saya menonton ulang "Habibie & Ainun". Saya tuliskan resume 3 film di atas ya.


1. Cinderella

       Kisah dongeng ini melekat kuat dalam ingatan saya. Di masa kecil, Cinderella sepertinya menjadi salah satu dongeng favorit buat saya. Waktu itu, kisah ini sering dimainkan dalam bentuk operet dengan Ira Maya Sopha sebagai pemeran Cinderella (ketahuan kan zamannya?!). Saya juga masih menyimpan guntingan gambar-gambar Ira Maya Sopha saat berperan menjadi Si Upik Abu sebagai memorabilia masa kecil. Cinderella sepertinya sudah sering difilmkan dengan beragam versi. VCD yang saya tonton adalah kisah Cinderella yang diperankan Lily James dengan gaun biru menawan yang melegenda.

       Tentu banyak pembaca yang sudah hafal dan paham alur cerita Cinderella. Waktu kecil, saya sempat punya beberapa pertanyaan tentang kehidupan Cinderella, misalnya :
- mengapa tiba-tiba Cinderella hidup dengan keluarga ibu tiri?
- mengapa Cinderella tidak kabur saja jika diperlakukan dengan buruk?
- mengapa Cinderella punya keberanian untuk datang ke pesta di istana meski tak punya gaun indah?

Setelah menonton VCD Cinderella seri terbaru, saya menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di masa kecil :
- Awalnya Ella hidup berbahagia bersama ayah dan ibu kandung. Setelah ibunya meninggal, ayahnya hidup menduda cukup lama. Ayahnya kemudian menikahi janda dengan 2 putri. Tak lama, ayah Ella meninggal, membuat Ella dijadikan pembantu oleh keluarga ibu tirinya. Sejak itulah, Ella mendapat tambahan nama cinder (sisa arang/abu) dari saudari tirinya. Hingga, nama Ella kemudian lebih dikenal sebagai Cinderella.

- Ella tak kabur (meninggalkan rumah) karena telah berjanji kepada ayahnya untuk menjaga rumah keluarga mereka yang dahulunya dipenuhi kehangatan dan kasih sayang.

- Sebelum meninggal ada sebuah pesan yang disampaikan Sang Ibu untuk Ella. Have courage and be kind. Miliki keberanian dan kebaikan hati. Oya, sedikit keajaiban sebagai tambahan. Pesan cinta ini mampu menumbuhkan semangat dan menjadi mantra ajaib dalam perjalanan hidup Cinderella. Dia tetap berusaha untuk memenuhi undangan Pangeran meski berbekal baju lusuh warisan ibunya. Keajaiban pun hadir, dan Anda pasti tahu kelanjutan kisahnya. Cinderella berhasil hadir di pesta Pangeran dengan gaun indah memukau, berdansa dengan gemulai, dan melarikan diri jelang tengah malam dengan meninggalkan sebelah sepatu kaca miliknya.

       Cinderella sebagai tontonan ringan tentu layak dijadikan sebagai hiburan keluarga. Pesan moralnya sudah bisa diambil sejak awal. Have courage and be kind. Miliki keberanian dan kebaikan hati. Dalam menjalani kehidupan kita selalu butuh keberanian dan menebar amal kebaikan. Semua kebaikan hati yang kita lakukan tak akan sia-sia, pasti akan ada balasannya. Seperti film-film dari Negeri Dongeng lainnya, Cinderella juga dihiasi alunan lagu yang manis. Satu lullaby (lagu pengantar tidur) mengalun merdu. Saya senang mendendangkannya sambil mencuci baju, membersihkan kamar mandi, atau menjemur cucian. Lavender's blue, lavender's green. When I am King, dilly...dilly, You shall be Queen.... Nah, saya jadi mirip Cinderella kan?!


2. Assalamu'alaikum Beijing

       Kisah film ini diadaptasi dari novel karya Asma Nadia dengan judul sama. Asmara batal menikah dengan Dewa. Dewa mengakui bahwa dirinya telah menghamili Anita. Hal ini membuat Asma memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana pernikahannya dengan Dewa. Asma meminta Dewa menikahi Anita. Asma berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai kontributor di Beijing. Di Negeri China ini Asma bertemu Zhong Wen, seorang pemuda yang bekerja sebagai pemandu wisata. Asma jatuh sakit, pulang dan berobat di Indonesia. Asma menjadi cacat, tak bisa berbicara. Sahabat Asma meminta Zhong Wen datang ke Indonesia. Saat mengetahui Asma telah cacat, Zhong Wen yang telah masuk Islam (mualaf) justru meminang dan menikahi Asma. Mereka kembali ke Beijing dan hidup berbahagia seperti cinta sejati yang pernah diceritakan Zhong Wen. Yaitu, sebuah legenda tentang Ashima dan Ahe.

       Saya belum membaca novel "Assalamu'alaikum Beijing". Menurut saya, biasanya novel lebih menampilkan keindahan dan mampu melambungkan imajinasi pembacanya. Saya bukan kritikus film. Menurut kacamata saya sebagai orang awam, film ini bisa tampil lebih indah jika pengambilan gambarnya mengikuti kaidah fotografis. Misalnya, menempatkan objek pada 1/3 bagian, shoot dari jauh, dsb. Tembok Besar dan tempat-tempat wisata lain di China semestinya bisa terekspos lebih menarik dengan rekaman kamera yang lebih fotografis. Saya pernah menonton film dengan tema hampir serupa, "My Last Love"  yang diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Agnes Davonar. Film ini setting-nya di Indonesia, namun gambar-gambarnya tampil indah karena pengambilan gambarnya mengikuti aturan fotografi. Objek yang sederhana jika direkam dalam jarak dekat, jarak jauh, maupun ditempatkan pada 1/3 bagian layar membuat jalinan nuansa cerita lebih berkesan.

       Pesan moral film "Assalamu'alaikum Beijing" sederhana, di dalam hidup ini selalu ada laki-laki yang berjiwa besar dan ikhlas menerima wanita yang dicintainya meski telah berubah menjadi cacat. Pesan moral yang serupa dengan film "My Last Love". Cinta sejati adalah cinta yang tak melihat fisik semata. Cinta yang murni adalah berlandaskan keimanan. Cinta yang disertai kebesaran hati untuk menerima keterbatasan orang lain (wanita cacat) selalu kita temukan dalam kehidupan. Film ini diakhiri alunan lagu indah. Sayang, saya kesulitan untuk menirukannya. Saya jadi punya PR belajar lagu "Assalamu'alaikum Beijing".


3. Habibie & Ainun

       Kisah film ini bukan berasal dari Negeri Dongeng, bukan pula kisah rekaan dari dunia imajinasi. Habibie & Ainun adalah kisah nyata. Cerita ini tentang perjalanan cinta (kehidupan pribadi) antara Habibie dan Ainun. Sejarah mencatat bahwa Habibie adalah tokoh penting di Indonesia, seorang ilmuwan yang berkiprah pula sebagai negarawan. Film Habibie & Ainun dibuka saat mereka masih SMA di Bandung, melompat ke masa lulus kuliah, pertemuan yang manis dan berkesan, berujung ke pelaminan. Habibie dan Ainun menikmati masa muda sebagai keluarga bahagia di Jerman. Suka dan duka kehidupan seorang Habibie yang selama ini tak kita ketahui, terkuak di film ini. Ada beberapa sesi mengharukan yang terekam kamera. Contohnya, saat Habibie melapisi sepatunya yang berlubang dengan kertas, menulis sumpahnya kala dirawat di RS, maupun saat Habibie mengunjungi hanggar pesawat usai tugasnya berakhir.

       Habibie & Ainun difilmkan berdasarkan buku yang ditulis oleh Habibie sebagai kenangan untuk istri tercinta, Hasri Ainun Besari. Cerita dan pengambilan gambarnya tergolong apik. Saya pertama kali menonton film ini tahun 2012 di bioskop. Saya sempat mingsek-mingsek menyaksikan akhir film, ketika Habibie seolah mendengar deru mesin jahit Ainun seperti waktu mereka bertemu kembali usai lulus kuliah. Ketika menonton ulang film, saya tetap merasakan keharuan yang sama. Itu berarti, saya berperasaan halus dan mudah terharu.

        Habibie & Ainun menggelar pesan moral tentang cinta sejati yang dilandasi keimanan, dibingkai dalam komitmen dan tanggung jawab, membangun sebuah keluarga sakinah di dunia, hingga berkumpul kembali di surga-Nya. Cinta Habibie dan Ainun banyak menginspirasi kaum muda untuk memiliki komitmen yang kuat dalam membangun bahtera keluarga. Satu lagu cantik menutup film Habibie & Ainun. Saya hanya hafal sebagian liriknya. Cinta kita melukiskan sejarah, menggelarkan cerita penuh suka cita. Sehingga siapa pun insan Tuhan, pasti tahu cinta kita sejati. Ya, Habibie & Ainun, sebuah cinta sejati yang mampu menginspirasi kita semua. Cinta sejati adalah cinta yang menempatkan orang yang dikasihi menjadi belahan jiwa. Hingga, perpisahan dengan kekasih hati membuat separuh jiwa pergi. 


       Dari ketiga film di atas manakah yang saya sukai? Saya jawab, ketiganya. Saya suka kisah indah "Cinderella", cerita bernuansa Islami di "Assalamu'alaikum Beijing", dan kisah cinta sejati dalam berbagai situasi kehidupan di "Habibie & Ainun". Jika boleh meminta, saya ingin sebuah kisah hidup yang berakhir bahagia seperti "Cinderella". Sebuah penerimaan yang ikhlas atas segala keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki seperti di "Assalamu'alaikum Beijing". Tentu saja cinta yang diawali koridor syariat Islam, disertai komitmen serta tanggung jawab membangun keluarga samarada (sakinah, mawadah, wa rahmah, dan dakwah), membangun keluarga beraroma surga di dunia, untuk menjemput surga-Nya di akhirat, seperti yang digambarkan dalam "Habibie & Ainun".


       Pembaca, semoga Anda memiliki kisah perjalanan hidup yang indah seperti ketiga film yang saya tonton. 






Tuesday, November 17, 2015

Pada Sebuah Bemo

Ibu-ibu penjahit kain kasur.

       Suatu pagi di hari kerja, saya duduk di bemo yang sedang menunggu penumpang. Dari tempat saya duduk, terlihat dua orang ibu berbusana sederhana. Saya sudah cukup akrab dengan pemandangan seperti itu. Mereka adalah ibu-ibu yang bekerja sebagai pembuat kasur tradisional. Saya pernah duduk sebemo dengan mereka. Mereka bekerja di sebuah usaha kecil pembuatan kasur. Tugas mereka menjahit dan memproduksi kasur secara tradisional. Menurut ukuran saya, penghasilan yang mereka terima tidak seberapa besar. Itu sebabnya, mereka juga berkeliling kampung-kampung menawarkan jasa untuk memperbaiki kasur yang rusak.

       Pagi itu, saya kembali bertemu mereka. Saya perhatikan penampilan mereka lebih teliti. Busana yang mereka kenakan bersahaja, khas pakaian wanita desa. Satu hal yang membuat mereka terlihat luar biasa. Apakah itu? Ya, kain kerudung yang menutupi kepala. Ibu-ibu pembuat kasur itu bisa jadi tak berpendidikan tinggi. Namun, hidayah Allah SWT telah sampai ke dalam diri mereka. Mereka mengenakan jilbab di bawah caping (topi bambu) yang menutupi kepala.

       Pagi itu, dalam perjalanan ke kantor saya seolah kembali diingatkan tentang rasa syukur dan kesabaran. Saya mencari-cari kata SYUKUR di dalam hati dan meletakkannya bersebelahan dengan kata SABAR. Syukur dan sabar, dua kata yang mudah diucapkan. Dalam prakteknya, bersyukur dan bersabar tak selalu mudah diaplikasikan. Ibu-ibu pembuat kasur tradisional yang sering saya temui di pagi hari memberi contoh tentang dua kata indah itu. Mereka pernah berbagi cerita bahwa ketrampilan sederhana yang dimiliki mampu menambah penghasilan keluarga. Mereka berkeliling kampung-kampung berjalan kaki untuk membantu memperbaiki kasur-kasur tradisional, dengan imbalan sejumlah uang yang relatif kecil. Namun, mereka tak mengeluh. Sebuah contoh kesabaran yang luar biasa.

        Sesampai di kantor, saya mengambil air wudhu dan shalat Dhuha. Saya merasa perlu bersujud panjang, mengucapkan syukur atas segala anugerah-Nya yang teramat banyak selama ini. Saya ucapkan hamdallah sebanyak-banyaknya. Saya harus bersyukur dikaruniai pekerjaan yang baik dan rezeki yang selalu ada setiap bulannya. Saya tak perlu berkeliling kampung untuk menawarkan jasa menjahit kain kasur. Saya belajar untuk melapangkan hati untuk sebuah ruang kesabaran. Dunia kerja, di mana saja pasti membutuhkan kesabaran. Saya merasa perlu menata kembali ruang syukur dan sabar di dalam hati.

       Ibu-ibu pembuat kasur yang berjilbab telah mengajarkan pada saya untuk selalu menempatkan rasa syukur dan kesabaran dalam menjalani hidup. Mereka bersahaja, memiliki ketrampilan seadanya. Namun, mereka mampu menangkap dengan indah pesan Allah SWT dalam Al-Qur'an. Mereka mampu bersyukur, bersabar, dan mengenakan jilbab dalam menjemput rezeki-Nya. Semoga saya mampu meniru keindahan yang mereka perlihatkan. Semoga saya bisa senantiasa mensyukuri nikmat-Nya, bersabar dengan segala ujian-Nya. Semoga saya mampu istiqomah menjaga jilbab yang menutupi aurat saya. Alhamdulillah, perjalanan pagi itu membuat mata saya menangkap lukisan yang berkesan.






Tuesday, November 10, 2015

Bahagia buat Saya Sederhana Saja (Part 1)

Pohon jambu di depan rumah.

# 1. Saat bangun pagi, menyapu halaman depan, dan saya menemukan beberapa buah jambu merah bergelantungan di dahan bawah, hampir menyentuh tanah. Alhamdulillah, tahun ini saya pertama kali panen buah jambu dari kebun sendiri dan menikmati rezeki kecil di sudut halaman rumah.



Sarang burung di lubang angin.

# 2. Saat saya terbangun di pagi hari dan mendengar cericit dari burung-burung yang bersarang di lubang angin rumah. Petang hari saat pulang ke rumah, saya kembali mendengar celoteh riang induk burung dan anak-anaknya. Konon, rumah yang dipakai burung bersarang adalah rumah yang barokah. Alhamdulillah.....

*) Can you see the bird ? 



Kucing kecil yang terluka kakinya.

 # 3. Saat seekor kucing kecil yang kakinya terluka mendatangi saya yang sedang sarapan di kantin. Saya beri obat luka dan sedikit makanan. Keesokan paginya, si kucing kembali beringsut-ingsut di kaki saya. Dia saya obati lagi lukanya dan saya bagi 1/2 telur ceplok jatah sarapan saya. Si kucing merangkak ke tas dan memeluk tas saya lama, mungkin sebagai ucapan terima kasih. Alhamdulillah, cepat sembuh kakinya ya Pus....


       Pembaca, apa hal-hal kecil yang membahagiakan buat Anda ? ^_^