Tuesday, February 9, 2016

Me Time : Nonton Film di Layar Laptop

Tiga film bagus yang menginspirasi.

       Libur panjang 3 hari, ngapain aja? Itu pertanyaan yang sering saya terima usai deretan 3 tanggal merah terlewati. Saya sih tipe orang rumahan. Jika ada deretan hari libur saya lebih senang di rumah, bersih-bersih, beberes rumah. Atau, saya nikmati me time di rumah. Saya punya beberapa me time sederhana, baca buku sambil menikmati musik klasik, menulis sambil menyeruput teh hangat, dan menonton VCD di layar laptop. Nah, libur 3 hari di awal Februari ini saya memilih menonton film di rumah. Ada 3 judul film yang saya tonton sambil ngemil dan mendengarkan derai-derai rinai hujan. Film pertama yang saya putar adalah kisah dongeng "Cinderella". Berikutnya, saya memutar film "Assalamu'alaikum Beijing". Di sore terakhir liburan, saya menonton ulang "Habibie & Ainun". Saya tuliskan resume 3 film di atas ya.


1. Cinderella

       Kisah dongeng ini melekat kuat dalam ingatan saya. Di masa kecil, Cinderella sepertinya menjadi salah satu dongeng favorit buat saya. Waktu itu, kisah ini sering dimainkan dalam bentuk operet dengan Ira Maya Sopha sebagai pemeran Cinderella (ketahuan kan zamannya?!). Saya juga masih menyimpan guntingan gambar-gambar Ira Maya Sopha saat berperan menjadi Si Upik Abu sebagai memorabilia masa kecil. Cinderella sepertinya sudah sering difilmkan dengan beragam versi. VCD yang saya tonton adalah kisah Cinderella yang diperankan Lily James dengan gaun biru menawan yang melegenda.

       Tentu banyak pembaca yang sudah hafal dan paham alur cerita Cinderella. Waktu kecil, saya sempat punya beberapa pertanyaan tentang kehidupan Cinderella, misalnya :
- mengapa tiba-tiba Cinderella hidup dengan keluarga ibu tiri?
- mengapa Cinderella tidak kabur saja jika diperlakukan dengan buruk?
- mengapa Cinderella punya keberanian untuk datang ke pesta di istana meski tak punya gaun indah?

Setelah menonton VCD Cinderella seri terbaru, saya menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di masa kecil :
- Awalnya Ella hidup berbahagia bersama ayah dan ibu kandung. Setelah ibunya meninggal, ayahnya hidup menduda cukup lama. Ayahnya kemudian menikahi janda dengan 2 putri. Tak lama, ayah Ella meninggal, membuat Ella dijadikan pembantu oleh keluarga ibu tirinya. Sejak itulah, Ella mendapat tambahan nama cinder (sisa arang/abu) dari saudari tirinya. Hingga, nama Ella kemudian lebih dikenal sebagai Cinderella.

- Ella tak kabur (meninggalkan rumah) karena telah berjanji kepada ayahnya untuk menjaga rumah keluarga mereka yang dahulunya dipenuhi kehangatan dan kasih sayang.

- Sebelum meninggal ada sebuah pesan yang disampaikan Sang Ibu untuk Ella. Have courage and be kind. Miliki keberanian dan kebaikan hati. Oya, sedikit keajaiban sebagai tambahan. Pesan cinta ini mampu menumbuhkan semangat dan menjadi mantra ajaib dalam perjalanan hidup Cinderella. Dia tetap berusaha untuk memenuhi undangan Pangeran meski berbekal baju lusuh warisan ibunya. Keajaiban pun hadir, dan Anda pasti tahu kelanjutan kisahnya. Cinderella berhasil hadir di pesta Pangeran dengan gaun indah memukau, berdansa dengan gemulai, dan melarikan diri jelang tengah malam dengan meninggalkan sebelah sepatu kaca miliknya.

       Cinderella sebagai tontonan ringan tentu layak dijadikan sebagai hiburan keluarga. Pesan moralnya sudah bisa diambil sejak awal. Have courage and be kind. Miliki keberanian dan kebaikan hati. Dalam menjalani kehidupan kita selalu butuh keberanian dan menebar amal kebaikan. Semua kebaikan hati yang kita lakukan tak akan sia-sia, pasti akan ada balasannya. Seperti film-film dari Negeri Dongeng lainnya, Cinderella juga dihiasi alunan lagu yang manis. Satu lullaby (lagu pengantar tidur) mengalun merdu. Saya senang mendendangkannya sambil mencuci baju, membersihkan kamar mandi, atau menjemur cucian. Lavender's blue, lavender's green. When I am King, dilly...dilly, You shall be Queen.... Nah, saya jadi mirip Cinderella kan?!


2. Assalamu'alaikum Beijing

       Kisah film ini diadaptasi dari novel karya Asma Nadia dengan judul sama. Asmara batal menikah dengan Dewa. Dewa mengakui bahwa dirinya telah menghamili Anita. Hal ini membuat Asma memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana pernikahannya dengan Dewa. Asma meminta Dewa menikahi Anita. Asma berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai kontributor di Beijing. Di Negeri China ini Asma bertemu Zhong Wen, seorang pemuda yang bekerja sebagai pemandu wisata. Asma jatuh sakit, pulang dan berobat di Indonesia. Asma menjadi cacat, tak bisa berbicara. Sahabat Asma meminta Zhong Wen datang ke Indonesia. Saat mengetahui Asma telah cacat, Zhong Wen yang telah masuk Islam (mualaf) justru meminang dan menikahi Asma. Mereka kembali ke Beijing dan hidup berbahagia seperti cinta sejati yang pernah diceritakan Zhong Wen. Yaitu, sebuah legenda tentang Ashima dan Ahe.

       Saya belum membaca novel "Assalamu'alaikum Beijing". Menurut saya, biasanya novel lebih menampilkan keindahan dan mampu melambungkan imajinasi pembacanya. Saya bukan kritikus film. Menurut kacamata saya sebagai orang awam, film ini bisa tampil lebih indah jika pengambilan gambarnya mengikuti kaidah fotografis. Misalnya, menempatkan objek pada 1/3 bagian, shoot dari jauh, dsb. Tembok Besar dan tempat-tempat wisata lain di China semestinya bisa terekspos lebih menarik dengan rekaman kamera yang lebih fotografis. Saya pernah menonton film dengan tema hampir serupa, "My Last Love"  yang diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Agnes Davonar. Film ini setting-nya di Indonesia, namun gambar-gambarnya tampil indah karena pengambilan gambarnya mengikuti aturan fotografi. Objek yang sederhana jika direkam dalam jarak dekat, jarak jauh, maupun ditempatkan pada 1/3 bagian layar membuat jalinan nuansa cerita lebih berkesan.

       Pesan moral film "Assalamu'alaikum Beijing" sederhana, di dalam hidup ini selalu ada laki-laki yang berjiwa besar dan ikhlas menerima wanita yang dicintainya meski telah berubah menjadi cacat. Pesan moral yang serupa dengan film "My Last Love". Cinta sejati adalah cinta yang tak melihat fisik semata. Cinta yang murni adalah berlandaskan keimanan. Cinta yang disertai kebesaran hati untuk menerima keterbatasan orang lain (wanita cacat) selalu kita temukan dalam kehidupan. Film ini diakhiri alunan lagu indah. Sayang, saya kesulitan untuk menirukannya. Saya jadi punya PR belajar lagu "Assalamu'alaikum Beijing".


3. Habibie & Ainun

       Kisah film ini bukan berasal dari Negeri Dongeng, bukan pula kisah rekaan dari dunia imajinasi. Habibie & Ainun adalah kisah nyata. Cerita ini tentang perjalanan cinta (kehidupan pribadi) antara Habibie dan Ainun. Sejarah mencatat bahwa Habibie adalah tokoh penting di Indonesia, seorang ilmuwan yang berkiprah pula sebagai negarawan. Film Habibie & Ainun dibuka saat mereka masih SMA di Bandung, melompat ke masa lulus kuliah, pertemuan yang manis dan berkesan, berujung ke pelaminan. Habibie dan Ainun menikmati masa muda sebagai keluarga bahagia di Jerman. Suka dan duka kehidupan seorang Habibie yang selama ini tak kita ketahui, terkuak di film ini. Ada beberapa sesi mengharukan yang terekam kamera. Contohnya, saat Habibie melapisi sepatunya yang berlubang dengan kertas, menulis sumpahnya kala dirawat di RS, maupun saat Habibie mengunjungi hanggar pesawat usai tugasnya berakhir.

       Habibie & Ainun difilmkan berdasarkan buku yang ditulis oleh Habibie sebagai kenangan untuk istri tercinta, Hasri Ainun Besari. Cerita dan pengambilan gambarnya tergolong apik. Saya pertama kali menonton film ini tahun 2012 di bioskop. Saya sempat mingsek-mingsek menyaksikan akhir film, ketika Habibie seolah mendengar deru mesin jahit Ainun seperti waktu mereka bertemu kembali usai lulus kuliah. Ketika menonton ulang film, saya tetap merasakan keharuan yang sama. Itu berarti, saya berperasaan halus dan mudah terharu.

        Habibie & Ainun menggelar pesan moral tentang cinta sejati yang dilandasi keimanan, dibingkai dalam komitmen dan tanggung jawab, membangun sebuah keluarga sakinah di dunia, hingga berkumpul kembali di surga-Nya. Cinta Habibie dan Ainun banyak menginspirasi kaum muda untuk memiliki komitmen yang kuat dalam membangun bahtera keluarga. Satu lagu cantik menutup film Habibie & Ainun. Saya hanya hafal sebagian liriknya. Cinta kita melukiskan sejarah, menggelarkan cerita penuh suka cita. Sehingga siapa pun insan Tuhan, pasti tahu cinta kita sejati. Ya, Habibie & Ainun, sebuah cinta sejati yang mampu menginspirasi kita semua. Cinta sejati adalah cinta yang menempatkan orang yang dikasihi menjadi belahan jiwa. Hingga, perpisahan dengan kekasih hati membuat separuh jiwa pergi. 


       Dari ketiga film di atas manakah yang saya sukai? Saya jawab, ketiganya. Saya suka kisah indah "Cinderella", cerita bernuansa Islami di "Assalamu'alaikum Beijing", dan kisah cinta sejati dalam berbagai situasi kehidupan di "Habibie & Ainun". Jika boleh meminta, saya ingin sebuah kisah hidup yang berakhir bahagia seperti "Cinderella". Sebuah penerimaan yang ikhlas atas segala keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki seperti di "Assalamu'alaikum Beijing". Tentu saja cinta yang diawali koridor syariat Islam, disertai komitmen serta tanggung jawab membangun keluarga samarada (sakinah, mawadah, wa rahmah, dan dakwah), membangun keluarga beraroma surga di dunia, untuk menjemput surga-Nya di akhirat, seperti yang digambarkan dalam "Habibie & Ainun".


       Pembaca, semoga Anda memiliki kisah perjalanan hidup yang indah seperti ketiga film yang saya tonton. 






4 comments:

  1. Aku juga suka liat film di lepi. Apalagi yang new rilis. Bulan lalu ada di bioskop, sekarang ada di laptopku. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. @ Anisa Ae : Oya ?! Wah, ternyata hobi kita sama ya ?! Hihi, kalo begitu bisa dibagi dong cerita film-film yang sudah ditonton. Siapa tahu infonya bisa bermanfaat untuk orang lain. Ditunggu ya resumenya. ^_^

      Delete
  2. Tiga2nya sdh baca resensinya. Tp baru assalamualaikum beijing n cinderella yg sdh sy tonton. ass beijing plus baca bukunya. Ternyata lebih seru baca novelnya.
    Cinderella meski kisahnya klasik tetep ngena di hati yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. @ Ophi Ziadah : Nah, bener kan ?! Buku (novel) biasanya mampu lebih melambungkan imaginasi pembaca dibandingkan film. Habibie & Ainun bagus mbak, VCD-nya layak untuk ditonton dan dikoleksi. Makasih sudah mampir. Saya juga sudah buka-buka blognya Mbak Ophi, tulisan dan fotonya bagus-bagus. ^_^

      Delete