Thursday, December 31, 2015

Ayo Kita Berdonasi di Bulan Dana PMI


Salah satu bentuk dukungan PMI.

       PMI atau Palang Merah Indonesia terbentuk pada 17 September 1945. Namun, organisasi yang bergerak di bidang palang merah sebenarnya sudah ada sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Di masa sekolah, kita biasanya lebih mengenal PMR (Palang Merah Remaja) sebuah kegiatan alternatif (ekstrakurikuler) yang diadakan di sekolah. Setelah dewasa, kita akrab dengan PMI di hari-hari menjelang peringatan ulang tahun kemerdekaan RI lewat programnya yang berlangsung rutin yaitu donor darah.

       Sebagian masyarakat Indonesia cenderung mengenal dan mengindentikkan PMI hanya sebagai organisasi yang mengurusi masalah donor darah. Sudah. Kita kurang memahami bahwa PMI ternyata memiliki seabrek kegiatan lain yang berkaitan dengan tugas-tugas di bidang kemanusiaan. Ada banyak aktivitas yang didukung PMI saat terjadi musibah atau bencana, misalnya : bantuan dapur umum di lapangan saat terjadi bencana, pelayanan kesehatan, serta pelayanan ambulans.

PMI turut aktif dalam banyak kegiatan yang berkaitan dengan bidang pelayanan, yaitu :

# Manajemen bencana, melalui layanan kesiapsiagaan bencana, tanggap darurat bencana, maupun proses pemulihan sesudah bencana.

# Kesehatan, melalui program-program :
- PPBM (Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat)
- Pertolongan Pertama dan ambulans
- Program air dan sanitasi
- PSP (Psychosocial Support Programme atau Program Dukungan Psikososial)
- Pencegahan penyebaran HIV dan AIDS
- Operasi katarak

# Donor darah, melalui layanan donor darah di masyarakat.

Hari Sukarelawan PMI, 26 Desember 2015.

       PMI aktif berkiprah di tengah masyarakat Indonesia dengan jangkauan dari anak-anak, remaja, hingga usia dewasa. Sebuah program yang dilakukan PMI adalah penyuluhan tentang perilaku sehat sebagai awal pencegahan HIV/AIDS pada Hari AIDS Sedunia tanggal 01 Desember 2015. PMI juga melakukan serangkaian kegiatan untuk memberikan pembekalan dan pembinaan kepada para sukarelawan PMI yang tersebar di seluruh Indonesia. Berawal dari bencana tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, setahun kemudian tanggal 26 Desember ditetapkan sebagai Hari Sukarelawan PMI.

       Setelah melihat program-program kegiatan, penyuluhan, kampanye, aktivitas pembinaan (generasi muda plus relawan), maupun pengkaderan di tubuh PMI, badan ini pasti membutuhkan banyak dana untuk menggerakkan roda aktivitasnya. Itu sebabnya, PMI mencanangkan tahun 2015/2016 sebagai Bulan Dana PMI. Di ajang penggalangan dana ini PMI mengajak segenap lapisan masyarakat Indonesia untuk turut berpartisipasi mendukung kegiatan-kegiatan PMI di Bulan Dana PMI 2015/2016.

Uluran dukungan bantuan/sumbangan dapat disalurkan lewat transfer dana melalui bank-bank sebagai berikut : 

- Bank BCA Kantor Cabang Utama Thamrin, nomor rekening : 206-38-1794-5
atas nama : PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.

- Bank Mandiri Kantor Cabang Kramat Raya, nomor rekening : 123-00-17091945
atas nama : PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.

- Bank DKI Kantor Cabang Utama Juanda, nomor rekening : 101-03-17094-7
atas nama :  PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.

       Ayo peduli bantu sesama di Bulan Dana PMI. Apabila dana yang Anda miliki terasa kurang besar, tak ada salahnya jika Anda mengajak keluarga dan teman-teman untuk patungan. Setelah terkumpul dana yang memadai, silakan tansfer ke nomor rekening bank-bank tersebut di atas. Percayalah, berapa pun sumbangan yang Anda salurkan pasti membantu dan memberikan kemajuan yang lebih besar bagi PMI. Anda ingat motto PMI di kegiatan donor darah? Tepat. Setetes darah Anda, menyelamatkan nyawa orang lain. Mari kita modifikasi sedikit motto tersebut. Kita tulis semboyan baru di Bulan Dana PMI. Seribu, dua ribu rupiah yang Anda sumbangkan, mampu menyelamatkan kehidupan sesama dan mendukung program-program PMI. Bravo Palang Merah Indonesia! Semoga PMI terus berjaya dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaan di Indonesia. Sumbangan dana dari masyarakat adalah amanah dan dukungan agar PMI semakin hebat dan berdaya dalam mewujudkan visi dan misinya, serta mampu memberikan layanan yang lebih berkualitas dalam tugas-tugas kemanusiaan bagi bangsa Indonesia.


Lomba blog Bulan Dana PMI.



~ Catatan :
Foto-foto diambil dari website PMI (www.pmi.or.id). 






Monday, December 28, 2015

Seminar Writingpreneur : Masa Depan di Ujung Pena (Bagian II)


Haidar Bagir berbagi cerita tentang kiat menulis.

PPKK Universitas Airlangga, Sabtu, 14 November 2015
Convention Hall, Kampus C Unair Surabaya
Pembicara : Dr. Haidar Bagir


# Mengapa Memilih menjadi Seorang Writerpreneur?

       Dr. Haidar Bagir saat ini dikenal sebagai CEO Penerbit Mizan, seorang penulis, serta tercatat pernah terpilih sebagai Pemimpin Redaksi Republika. Sosok seperti Haidar Bagir layak disebut sebagai writerpreneur. Dalam seminar yang digagas PPKK Unair beliau berbagi cerita tentang alasan memilih menjadi seorang writerpreneur. Haidar senang membaca sejak kecil. Kebiasaan baik inilah yang membuatnya mulai suka menulis. Di masa kecil, oleh-oleh yang sering diberikan oleh ayah Pak Haidar untuk anak-anaknya adalah buku.

       Saat Pak Haidar muda masih masuk kategori zaman susah. Bacaan yang bisa dibaca sebatas komik "Karman dan Saleh", "Rumah Kecil di Padang Rumput" (Laura Ingals), dan komik-komik Kho Ping Hoo. Cerita dalam komik tidak selalu buruk. Komik silat Jawa maupun China sebenarnya banyak mengandung hikmah (kebijakan) yang bisa dipetik. Banyak membaca buku merupakan awal dari munculnya kemampuan untuk menulis. Secara jelas dalam dunia nyata terlihat bahwa orang yang tidak suka membaca sulit (bahkan tidak mungkin) menjadi seorang penulis. Tanpa didukung oleh hobi membaca, orang cenderung 'sembelit' untuk menulis, atau malah tidak mampu menulis.

       Kapan sebaiknya kita menulis? Resep Haidar sederhana saja, orang bisa menulis bagus saat kepalanya penuh dengan bahan dan terpaksa harus dikeluarkan dalam bentuk tulisan. Ketika duduk di bangku SMA, Haidar memiliki guru Bahasa Indonesia yang berkualitas. Sehingga, Haidar bisa mengikuti lomba menulis, juara 1 dalam lomba menulis di Solo, hingga tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kebiasaan membaca dan menulis berlanjut saat Haidar kuliah di ITB Bandung yang memiliki perpustakaan dengan koleksi buku-buku bagus. Waktu mahasiswa, Haidar biasa menulis di Harian Pikiran Rakyat yang menyediakan kolom "Halaman Mahasiswa" dan sering mendapat honor dari tulisan yang dimuat.

       Semasa mahasiswa, Haidar aktif dalam kegiatan kampus di Masjid Salman ITB, dan menjadi pengurus program Ramadan di Salman. Ada sebuah fenomena baru yang muncul di tahun 1970-an, yaitu orang-orang yang shalat di Masjid Salman adalah pemakai mobil mewah. Hal ini menunjukkan Masjid Salman menjadi tempat berkumpulnya kalangan kelas menengah muslim. Kelas menengah muslim merupakan kelompok baru di Indonesia, yaitu kalangan menengah muslim yang religius, tertarik untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan lebih baik.

       Secara singkat, kelompok baru muslim kalangan menengah yang relatif kaya tersebut mempunyai selera menjalani hidupnya seperti kalangan santri. Kelas menengah baru ini membutuhkan 'air' yang menyejukkan dahaga mereka akan pengetahuan yang lebih luas tentang Islam. Fenomena yang ada di tengah masyarakat tersebut di atas menjadi salah satu semangat bagi Haidar untuk berdakwah lewat tulisan (buku). Celah (peluang) yang timbul dari munculnya kelas menengah Islam di Indonesia dijawab Haidar pada tahun 1983 dengan mendirikan Penerbit Mizan bersama 2 orang temannya, Ali Abdullah dan Zainal Abidin Shahab. Mengapa? Saat itu, buku-buku Islam yang beredar belum banyak, tampilan serta isi buku-buku Islam masih sederhana (kurang menarik). Kondisi ini diisi Penerbit Mizan dengan menerbitkan buku-buku Islam dengan kualitas relatif bagus, tampilan dan isi menarik, untuk meningkatkan wawasan keislaman masyarakat Indonesia.

       Dengan demikian terjawab pertanyaan mengapa Pak Haidar memilih membangun penerbitan dan menjadi seorang writerpreneur, yaitu :

1. Pekerjaannya melibatkan membaca dan menulis yang merupakan hobi (passion)
2. Menyalurkan semangat untuk menghabiskan hidup dalam dakwah Islam
3. Usaha (bisnis) penerbitan menjanjikan pemasukan yang relatif besar sekaligus bisa memberi lapangan kerja.

Haidar terlihat jeli melihat peluang, yaitu pangsa pasar yang belum digarap orang lain. Keadaan yang ada di tengah masyarakat (kalangan muslim baru), ditindaklanjuti dengan memenuhi kebutuhan maupun keinginan mereka (buku-buku untuk menambah wawasan keislaman). Semua syarat untuk mencapai keberhasilan ada pada diri Haidar. Penerbit Mizan kini termasuk salah satu dari 5 penerbit terbesar di Indonesia, dengan 'anak' di antaranya : Bentang Pustaka, Noura Books, DAR! Mizan, serta Qanita.

       "Saya menulis, karena itu saya ada," itulah semboyan dari Haidar Bagir. Menulis itu menjadi ekspresi keberadaan kita. Menulis juga untuk berdakwah. Menulis mampu memberi 'kehidupan' bagi orang lain. Hal ini terbukti, Mizan saat ini mempunyai tak kurang dari 600 karyawan. Menulis tak sekadar kegiatan yang menyenangkan, namun menulis bisa memberdayakan orang lain, serta memberi pencerahan dalam kehidupan masyarakat luas.





Friday, December 18, 2015

Seminar Writingpreneur : Masa Depan di Ujung Pena (Bagian I)


Kak Irfan berbagi ilmu menulis.

PPKK Universitas Airlangga, Sabtu, 14 November 2015
Convention Hall, Kampus C Unair Surabaya
Pembicara : Kak Irfan (Irfan AmaLee)


       Irfan berlatar pendidikan S1 jurusan tafsir hadits, dan pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Namun, dia kini lebih dikenal sebagai penulis buku anak-anak dan memiliki spesialisasi divisi media kreatif pendidikan untuk anak-anak Islam. Hal ini menunjukkan bahwa seorang penulis tidak selalu harus berasal dari pendidikan bahasa dan sastra. Beberapa penulis sukses juga tidak berpendidikan awal jurusan bahasa. Contohnya : Dewi Lestari (Dee Lestari, awalnya adalah penyanyi), Faisal Baraas (seorang dokter), Andrea Hirata (berpendidikan ekonomi), dll. Kesimpulannya, apa pun latar belakang pendidikan dan profesi seseorang, bukan halangan untuk menulis.

       Irfan memanfaatkan ilmu keislaman yang dipelajarinya dengan menjadi penulis buku anak-anak Islam. Salah satu karyanya adalah membuat buku tafsir Al-Qur'an juz 30 untuk anak-anak. Selanjutnya, dia membuat tafsir Al-Qur'an juz 1-30 khusus untuk anak-anak Islam. Setelah melalui sebuah proses, inovasi Irfan mendapat restu dari MUI. Dalam keluarganya, 7 orang anak ditentukan pilihan pekerjaan mereka oleh ayahnya. Irfan mendapat tugas untuk menjadi seorang ahli agama (kyai). Meski tidak berhasil menjadi seorang kyai konvensional, Irfan sukses memenuhi keinginan ayahnya menjadi 'kyai' dengan menulis. Maksudnya, Irfan berdakwah melalui dunia tulis-menulis. Irfan juga mampu menghidupi dirinya beserta keluarga dengan menulis. Seorang penulis yang berjiwa entrepreneur (pebisnis) bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri serta masyarakat. Penulis yang berbisnis (writerpreneur) mampu menghidupi orang lain dengan usaha yang dibangunnya.

Berikut ini tahap-tahap untuk menjadi penulis profesional :

1) Why - tetapkan alasan yang jelas
Maksudnya, tentukan alasan yang kuat mengapa Anda memilih untuk menjadi seorang penulis.

2) What - apa yang harus ditulis?
Ada beberapa bahasan yang bisa dijadikan ide menulis, yaitu :
- minat      (misalnya : pendidikan agama Islam)
- keahlian  (misalnya : arsitektur)
- referensi penerbit     (misalnya : penerbit A - khusus untuk buku pelajaran sekolah)
- kebutuhan pembaca (misalnya : keinginan masyarakat untuk belajar ilmu mengelola keuangan)

Sebaiknya, seorang penulis membuat tulisan berdasarkan apa yang menjadi minatnya. Penulis semestinya berwawasan luas, mempunyai banyak pengetahuan tentang berbagai hal meski hanya sedikit-sedikit, dan memiliki 1 spesialisasi.

3) How - bagaimana menuliskannya?
Tentukan pilihan tulisan yang akan dibuat, fiksi atau nonfiksi.
Kedua jenis tulisan ini sama-sama berpeluang untuk menjadi karya yang best-seller. Namun, bentuk dan cara penulisan kedua jenis karya tersebut jelas berbeda.

4) How to publish - bagaimana cara menerbitkannya?
Saat ini dunia penerbitan buku sudah sangat berkembang. Kita bisa mempublikasi naskah melalui dua jenis penerbitan :
- penerbit mayor (biasanya penerbit besar yang buku-bukunya masuk ke toko buku offline)
- penerbit indie    (self-publishing, yaitu penerbit yang buku-bukunya biasa dijual secara online melalui internet, dan mencetak buku hanya berdasarkan permintaan)

Irfan menerima cinderamata dari Unair.

Proses untuk menulis bisa dilakukan hanya dalam waktu 7 hari, yaitu :

# Hari Ke-1 : Tanyakan, mengapa saya harus menulis?
Beberapa alasan bisa dipilih sebagai motivasi untuk menulis.
Misalnya : berbagi ilmu, berdakwah, mengubah hal yang buruk menjadi baik, ingin dikenal orang semasa masih hidup dan tetap dikenang setelah meninggal, dll.

#Hari Ke-2 : Tetapkan tujuan, apa yang akan saya tulis?
Hal ini sudah dibahas sebelumnya, setidaknya ada 4 hal yang bisa ditulis. Tetapkan saja salah satu tujuan utama sebagai pilihan.
Contohnya : cerita anak-anak, cerita inspiratif Islami, novel remaja, dst.

# Hari Ke-3 : Menyesuaikan antara preferensi (kesukaan) penerbit dan keinginan pembaca
Kita bisa melihat rak-rak toko buku untuk mendapatkan data tema buku-buku yang best-seller. Kita juga dapat melakukan riset sederhana dengan memasukkan keyword di google. Semakin tinggi angka yang muncul menunjukkan semakin banyak orang yang mencari informasi tentang topik tersebut. Seorang penulis harus melihat cara menyajikan tulisan dari kacamata editor dan pembaca. Sebab, karya yang tidak disukai pembaca tidak akan dibeli dan dibaca konsumen.

#Hari Ke-4 : Membuat Judul yang Menarik
Sebuah judul menjadi salah satu penentu buku dibaca dan dibeli orang. Judul harus dibuat menarik dan mengundang rasa ingin tahu pembaca.
Contohnya : novel yang ditulis Andrea Hirata isinya sangat menarik, berkisah tentang 10 orang siswa yang mempunyai seorang guru hebat. Jika 10 siswa ini tidak datang ke sekolah, maka sekolah akan ditutup.
Judul awal novel adalah : Komedi Putar.
Setelah judul novel diubah menjadi "Laskar Pelangi", karya Andrea Hirata masuk peringkat best-seller dan kisahnya sudah difilmkan.

#Hari Ke-5 : Membuat Profil yang Menarik
Tulislah profil diri Anda semenarik mungkin, sehingga editor dan penerbit memutuskan naskah Anda layak untuk diterbitkan.

#Hari Ke-6 : Membuat Outline Naskah
Salah satu bahan keputusan untuk menerbitkan naskah dari penulis adalah sinopsis dan outline yang bagus.
Sinopsis dibuat dengan unsur :
- mengandung trouble (masalah untuk dipecahkan)
- mengandung secret source (cara rahasia dalam memecahkan masalah)

Sementara itu, outline dibuat untuk menjelaskan bab demi bab isi naskah. Ide-ide tulisan dimuat dalam outline naskah. Outline yang bagus dan menarik pasti mencuri hati penerbit untuk menerbitkan karya seorang penulis.

#Hari Ke-7 : Memperhatikan Kepadatan Paragraf Tulisan
Dalam membuat tulisan, kepadatan paragraf menjadi salah satu hal yang patut dipertimbangkan. Paragraf dibuat dengan kepadatan yang hampir sama, tidak menampilkan 'ketimpangan'.
Misalnya : 1 paragraf sangat panjang, paragraf lainnya pendek-pendek.

       Demikianlah kiat-kiat menulis dan membuat naskah buku yang dipaparkan oleh Kak Irfan. Sebuah karya istimewa telah dihasilkan Irfan, buku berjudul "Beasiswa di Bawah Telapak Kaki Ibu". Buku ini bisa menjadi contoh untuk menulis buku yang baik. Judulnya terasa berbeda dan mengundang minat membaca jika dibandingkan buku-buku lain dengan tema serupa. Kita bisa mulai menerapkan tahap-tahap menulis buku dengan langkah sederhana di atas. Jangan lupa, terapkan 1 kiat dalam waktu 1 hari. Sehingga, di hari ke-7 semoga Anda sudah siap untuk menulis dan menghasilkan sebuah buku.




       

Sunday, December 13, 2015

Seminar Writingpreneur di Kampus Unair


Seminar dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.


       Sabtu, 14 November 2015, hari masih pagi saat saya bersiap ikut acara seminar di Kampus Unair Surabaya. Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, namun cahaya matahari bersinar terang dan terasa panas di tubuh. Saya mengurungkan niat bersepeda ke jalan raya. Akhirnya, saya menunggu angkutan umum yang lewat di depan perumahan. Setelah cukup lama menunggu tanpa hasil, sebuah motor yang dimodifikasi jadi angkutan pedesaan lewat. Ya sudah, saya naik dan duduk di bangku kayu di belakang motor yang mirip odong-odong. Bukankah the show must go on? Here we go...!!!

       Alhamdulillah, pukul 09.30 WIB saya sudah menempati salah satu kursi di Convention Hall, Kampus C Unair. Acara yang digelar adalah "Seminar Writingpreneur : Masa Depan di Ujung Pena" dengan pembicara Kak Irfan dan Dr. Haidar Bagir dari Penerbit Mizan. Kegiatan seminar diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Berhubung seminar diadakan di lingkungan mahasiswa aura semangat anak-anak muda sangat terasa.  

Ibu Dr. Elly memberikan sambutan.

       Setelah sambutan dari ketua panitia, ibu Dr. Elly Munadziroh tampil memberikan sambutan mewakili PPKK (Pusat Pembinaan Karier dan Kewirausahaan) Unair. Pada intinya, kegiatan ini diadakan untuk membantu para peserta menentukan arah mencapai kesuksesan dengan menulis. Tulisan adalah cahaya yang diharapkan mampu menerangi kehidupan untuk senantiasa menebarkan kebaikan. Dr. Elly secara rinci menyebutkan ada 4 macam entrepreneur, yaitu :
- business entrepreneur yakni orang yang bergerak di dunia usaha (contohnya : Ciputra, Chairul Tanjung, dll)
- government entrepreneur yakni pemimpin yang berada di dunia pemerintahan (contohnya : Ibu Risma)
- academic entrepreneur yakni orang yang berbasis di bidang pendidikan  (contohnya : Rhenald Kasali)
- social entrepreneur yakni orang yang berkecimpung di bidang sosial  (contohnya : para penulis)

Saat ini tengah berkembang dunia baru, writingpreneur. Seorang penulis perlu menangkap peluang di masyarakat agar mampu menjadikan karyanya bermanfaat dan membantu mengatasi masalah di sekitarnya. Seorang penulis juga harus mampu mengelola keuangan dengan baik seperti halnya para pengusaha. Itu sebabnya, penulis yang memiliki mindset bisnis disebut writerpreneur.
      
Peserta seminar dari mahasiswa Unair, kampus lain, dan umum.

       Sesi pertama seminar diisi oleh Kak Irfan, salah satu kru Mizan yang memilih spesialisasi menulis buku anak-anak dan membuat media kreatif pendidikan untuk anak-anak Islam. Irfan mengupas proses dan kiat-kiat untuk menulis hingga mampu membuat naskah diterbitkan menjadi sebuah buku.  

Irfan berbagi ilmu menulis buku.

Di sesi kedua, Dr. Haidar Bagir berbagi cerita tentang latar belakang beliau memilih menjadi writerpreneur, membangun penerbitan, dan berbagai hal tentang dunia buku, termasuk panorama industri penerbitan buku di Indonesia. Satu hal yang ditekankan Pak Haidar adalah,"Awali harimu dengan menulis."

Dr. Haidar Bagir menjelaskan kiat jadi  writerpreneur.

Di tengah sesi kedua, ada sebuah selingan permainan angklung dari adik-adik "Harmoni Angklung Jagir" yang dibina oleh para mahasiswa Unair. Dua buah lagu dimainkan dengan manis oleh adik-adik berusia SD itu, "Ibu Kita Kartini" dan "Padamu Negeri".

Permainan angklung dari grup Harmoni Angklung Jagir.


       Kedua pembicara di seminar kali ini benar-benar menguasai ilmu di bidangnya. Materi yang diberikan sangat luar biasa dan menambah ilmu tentang aktivitas menulis, proses menerbitkan karya menjadi buku, proses penerbitan plus pemasaran buku, hingga luasnya pangsa pasar buku dengan banyaknya kegiatan pameran buku di ajang internasional. Setiap satu sesi berakhir, para peserta aktif mengajukan pertanyaan kepada pembicara. Beragam pertanyaan terkait proses menulis dan menerbitkan buku dijawab tuntas oleh para pembicara. Pada sesi penutup, Kak Irfan dan Pak Haidar memberikan kuis tebak tokoh kepada para peserta seminar. Kedua tokoh yang pertanyaannya dikemas dalam sebuah cerita dijawab dengan benar oleh dua mahasiswa yang beruntung. Jawaban kuis tebak tokoh adalah : "Abraham Lincoln" dan "Thomas Alva Edison". Sebelumnya, Pak Haidar sempat 'curang' karena melempar pertanyaan dengan dua pilihan jawaban yang sama-sama salah. Hahaha, padahal para peserta antusias mengacungkan jari tinggi-tinggi.

Haidar Bagir menerima cinderamata dari Univ. Airlangga.

       Acara seminar diakhiri dengan pemberian cinderamata dari Unair kepada para pembicara. Ternyata, para peserta tak hanya mahasiswa Unair. Ratusan peserta yang hadir berasal dari Unair, Unesa, UIN Sunan Ampel, ITS, serta umum. Saya jelas dari umum, sudah bekerja jee.... Saya merasa beruntung bisa mengikuti seminar ini. Mengapa? Ada ratusan peserta lain yang masuk dalam waiting list alias tidak kebagian porsi untuk duduk di kursi peserta.

Peserta seminar berebut buku dari Penerbit Mizan.



       Usai acara, para peserta berbaris mengambil nasi kotak untuk makan siang. Saya bisa keluar lebih awal. Saya tidak perlu berbaris bersama adik-adik mahasiswa. Saya mengambil makan siang, sertifikat, lanjut mengunjungi stan buku Mizan. Saya lihat para mahasiswa berkerumun di depan buku-buku terbitan Mizan yang diberi diskon lumayan besar.

Oleh-oleh dari seminar writingpreneur.

Saya tertarik membeli dua judul buku karya Dr. Haidar Bagir. Judulnya : "Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan" serta "Surga di Dunia Surga di Akhirat". Saat saya mengetik tulisan ini buku pertama sudah selesai saya baca. Isinya sangat bagus dan membuat saya berusaha menata langkah untuk menjadi seorang muslim yang lebih baik. Saya merasa tidak rugi telah berinvestasi waktu, tenaga, dan ongkos untuk menimba ilmu di seminar writingpreneur. Saya berharap bisa hadir di sesi lanjutan seminar yang akan dihelat kembali di Kampus Unair. Jadi, sambil menunggu sesi lanjutannya saya bisa mencoba ilmu dari Pak Haidar. Apa hayo? Benar. Awali harimu dengan menulis.





Friday, December 4, 2015

Talkshow : Wujudkan Niat Ibadah Haji (Bagian III)


Bapak Hendra Gunawan menjelaskan program Allianz Tasbih.

Kumpul Komunitas Nova, Sabtu, 03 Oktober 2015
Brawijaya Ballroom, Hotel Novotel Surabaya
Pembicara : Hendra Gunawan (Allianz Tasbih)


# Mengenal Produk Tabungan Asuransi Biaya Haji (Tasbih)

       Masyarakat Indonesia pada umumnya menyiapkan dana untuk ibadah haji melalui 2 cara, yaitu menabung atau berinvestasi. Padahal saat ini ada produk pilihan baru dalam mempersiapkan dana haji dengan program tabungan yang diproteksi asuransi. Produk ini merupakan program pertama di Indonesia yang diluncurkan oleh PT Asuransi Allianz Life Indonesia (http://www.allianz.co.id/). Tak kenal, maka tak sayang. Maka, kita lihat terlebih dahulu profil tentang Allianz.

       Allianz merupakan salah satu perusahaan asuransi dan jasa keuangan terkemuka di dunia yang didirikan pada tahun 1890 di Jerman. Allianz kini hadir di lebih dari 70 negara dan melayani lebih dari 75 juta nasabah di seluruh dunia. Allianz memberikan perlindungan dan pelayanan kepada nasabah, di mana separuh dari nasabah tersebut masuk dalam kategori perusahaan Fortune 500. Sementara itu, PT Asuransi Allianz Life Indonesia berdiri pada tahun 1996 dan bergerak di bidang asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun, dan syariah. Saat ini Allianz telah mengembangkan jaringan distribusi di lebih dari 44 kota melalui lebih dari 80 kantor mitra bisnis serta didukung oleh lebih dari 14.000 tenaga penjualan. Allianz telah terdaftar pada dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan tenaga penjualnya telah memegang lisensi dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia.

       Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Allianz membuat inovasi berupa program Allianz Tasbih (Tabungan Asuransi Biaya Haji). Tujuan produk Allianz Tasbih adalah membantu perencanaan biaya perjalanan haji nasabah dengan manfaat tunai sekaligus manfaat proteksi jiwa serta evakuasi medis. Populasi muslim dewasa di Indonesia tak kurang dari kisaran 150 juta jiwa. Sebagai muslim tentu mereka punya keinginan menggenapi Rukun Islam dengan menunaikan ibadah haji. Jumlah kuota jamaah haji yang diberikan pada Indonesia di tahun 2013-2015 adalah 168.800 jamaah haji. Bandingkan dengan jumlah populasi muslim Indonesia yang menunjuk angka ratusan juta jiwa. Itu berarti, antrian jamaah haji semakin panjang, dan masa tunggu semakin lama. Kabar baiknya, di tahun 2016 kuota jamaah haji Indonesia mendapat tambahan sebesar 20.000 jamaah.

      
Hendra Gunawan menjawab pertanyaan tentang Allianz Tasbih.

       Sebagai umat Islam yang baik, tentunya seorang muslim berkeinginan untuk berhaji ke Baitullah. Setelah punya niat, lanjutkan dengan membuat rencana persiapan dana ibadah haji. Allianz Tasbih memberi salah satu alternatif untuk mewujudkan niat berangkat haji. Hal baru yang melekat pada produk ini berupa setoran dana untuk berhaji yang diproteksi oleh asuransi. Sehingga, nasabah beroleh manfaat lebih dalam akumulasi dana yang dikumpulkan untuk berhaji.    

Berikut ini beberapa hal yang sebaiknya diketahui tentang Allianz Tasbih :
- Dikemas untuk memenuhi kebutuhan kaum muslim dengan target segmen yang berbeda-beda sesuai kebutuhan perencanaan keuangan perjalanan haji nasabah.

- Proteksi dan tabungan berjangka untuk ibadah haji dalam satu produk.

- Memberikan ketenangan serta rasa aman bagi peserta dan keluarganya.

- Jumlah kontribusi yang terjangkau dengan pilihan pembayaran triwulanan, semesteran, dan tahunan untuk mencapai akumulasi dana pembiayaan haji di masa mendatang.

Keunggulan Allianz Tasbih :

1. Manfaat Asuransi
-  Santunan asuransi jiwa apabila nasabah meninggal karena sakit atau kecelakaan.
-  Evakuasi medis dan repatriasi darurat.
-  Manfaat santunan asuransi jiwa 200 % apabila meninggal dunia saat perjalanan haji.

2. Manfaat Tahapan Dana
-  Target dana, terbagi dalam 2 tahapan :
a. Tahap  I : saldo dana pada akhir masa pembayaran kontribusi dengan maksimum 50 % dari santunan asuransi.
b. Tahap II : pengambilan seluruh saldo dana pada akhir masa asuransi.

-   Penutupan polis.
-   Berakhirnya polis.

Sebuah contoh untuk nasabah yang mengikuti program Allianz Tasbih selama 10 tahun, mendapat pencairan dana di tahun ke-5. Dana yang cair tersebut bisa dipergunakan untuk melakukan pendaftaran haji guna mendapatkan nomor porsi. Kemudian, pada tahun ke-10 seluruh dana cair, dan bisa digunakan untuk melakukan pelunasan biaya haji (ONH).

       Satu contoh manfaat bisa dirasakan bila calon jamaah haji pemegang polis Allianz Tasbih meninggal dunia sebelum masa polis berakhir. Ahli waris nasabah akan menerima santunan dari Allianz. Uang pertanggungan (santunan) yang diberikan dapat dipergunakan oleh ahli waris untuk biaya ba'dal haji bagi keluarga yang meninggal tersebut. Demikianlah salah satu alternatif cara mempersiapkan dana ibadah haji yang sekaligus mendapatkan perlindungan asuransi.






Wednesday, December 2, 2015

Talkshow : Wujudkan Niat Ibadah Haji (Bagian II)


Prita Ghozie berbagi kiat perencanaan dana haji.

Kumpul Komunitas Nova, Sabtu, 03 Oktober 2015
Brawijaya Ballroom, Hotel Novotel Surabaya
Pembicara : Prita Hapsari Ghozie
(perencana keuangan, Ketua Komite Masyarakat Ekonomi Syariah)


# Kiat Perencanaan Dana Naik Haji

       Pengelolaan keuangan biasa dilakukan sejalan dengan siklus kehidupan manusia, mulai dari lahir-sekolah-kuliah-kerja-nikah-punya anak-punya rumah+mobil-liburan-menikahkan anak-menikmati hari tua-meninggal dunia. Di sepanjang perjalanan waktu kehidupan, tujuan keuangan cenderung mengikuti siklus hidup di atas. Satu hal yang sering ditunda oleh rata-rata masyarakat adalah menyiapkan dana untuk ibadah haji. Alasannya, ibadah haji diikuti ketentuan bagi muslim yang sudah mampu. Sehingga, kebanyakan orang merasa dana haji belum perlu disiapkan jika secara ekonomi merasa belum mampu (mapan) secara finansial.

       Sebagai muslim, sebaiknya salah satu Rukun Islam (rukun kelima) yaitu berhaji dipersiapkan dananya sejak dini. Mengapa? Masa tunggu untuk berangkat haji semakin lama (antriannya semakin panjang) dan usia terus bertambah. Adalah lebih baik menunaikan ibadah haji di usia muda yang notabene masih relatif kuat secara fisik, dibandingkan berangkat haji di usia sepuh dengan kemampuan fisik yang biasanya semakin melemah. Itu sebabnya, seorang muslim sebaiknya berniat kuat untuk berhaji disertai upaya mau memampukan diri dari segi keuangan. Singkatnya, biaya naik haji lebih utama segera dipersiapkan. Terlebih, setiap tahun ada risiko perubahan (kenaikan) nilai tukar terhadap mata uang asing (dollar). Ujungnya, ongkos naik haji (ONH) menunjukkan tren semakin tinggi dari tahun ke tahun. 

Berikut ini tips-tips memperhitungkan (mempersiapkan) dana naik haji :

1. Perhitungkan biaya persiapan naik haji

Komponen yang perlu dihitung adalah :
- biaya BPIH
- biaya yayasan (jika memakai jasa sebuah yayasan penyelenggara haji)
- biaya pakaian serta perlengkapan haji
- biaya pengurusan paspor
- biaya pemeriksaan kesehatan
- biaya berobat dan obat-obatan (jika dalam kondisi kurang sehat)
- biaya walimah safar (syukuran berangkat haji)

2. Perhitungkan kebutuhan selama melakukan perjalanan ibadah haji

Komponen yang perlu dihitung adalah :
- biaya konsumsi tambahan selama menunaikan ibadah haji
- biaya komunikasi dengan keluarga di Tanah Air
- biaya dam (denda)
- biaya belanja oleh-oleh untuk keluarga/teman sepulang haji
- biaya keperluan darurat (misalnya : obat, perawatan medis, dll kebutuhan)

3. Perhitungkan dana untuk keluarga selama ditinggalkan berhaji

Komponen yang perlu dihitung adalah :
- biaya operasional keluarga selama ditinggalkan menunaikan ibadah haji
- biaya kebutuhan darurat untuk keluarga di Tanah Air
- biaya proteksi (perlindungan) finansial untuk keluarga, jika terjadi sesuatu hal buruk pada diri muslim yang berhaji (misal : meninggal dunia di Tanah Suci)


Prita Ghozie menjawab pertanyaan seputar dana haji.

Setelah melakukan simulasi perhitungan dana dari komponen-komponen di atas, lanjutkan dengan tahap-tahap berikut :

1. Tetapkan tujuan

Beberapa tujuan yang harus dipilih adalah :
- pilih mana ONH reguler atau ONH plus?
- kapan target pembayaran BPIH pertama?
- perhitungkan tingkat inflasi dalam setiap pilihan dana haji
- tetapkan berapa dana yang disisihkan dari penghasilan setiap bulan

2. Lakukan pendaftaran

Rencana haji tak akan terlaksana tanpa mendaftarkan diri, lakukan proses untuk mendaftar :
- kejar target BPIH pertama untuk mendapatkan nomor porsi (surat keterangan)
- cek nomor porsi di website Kemenag
- wujudkan biaya pendaftaran menjadi nyata dengan menyisihkan dana setiap bulan secara rutin

3. Lakukan pelunasan

Apabila setoran ONH (Ongkos Naik Haji) sudah mendekati biaya naik haji dan ada dana untuk menutup kekurangan biaya haji, segera lakukan pelunasan :
- bayarkan ONH sesuai jumlah yang ditetapkan pemerintah
- persiapkan biaya-biaya lain untuk pergi berhaji
- perhitungkan tingkat inflasi pada tahun kita akan melakukan pelunasan dana haji

4. Berangkat haji

Sebelum berangkat haji ke Tanah Suci persiapkan pula :
- dana darurat untuk kebutuhan tak terduga selama menunaikan ibadah haji
- dana darurat bagi keluarga yang ditinggalkan
- proteksi (perlindungan) bagi keluarga di Tanah Air jika terjadi hal buruk bagi yang berhaji

Dana ibadah haji bisa dipersiapkan dengan dua cara :
1. Menabung
2. Investasi

Dalam setiap cara yang dipilih, sertakan tingkat inflasi dalam perhitungan akumulasi dana.
Sebagai contoh : jika dana haji tahun ini 50 juta, maka biaya haji 5 tahun kemudian adalah 63 juta (ada laju inflasi).

Apabila memilih investasi, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu :
1. tidak mengandung unsur riba
2. tidak memuat maisyir (risiko yang berlebihan)
3. bukan produk yang ghoror (tidak jelas investasinya)

Pilihan ONH juga membuat persiapan dana berbeda. Jika memilih ONH plus kita harus berupaya lebih keras mengumpulkan dana haji. Sebab, ONH plus jelas lebih tinggi biayanya dibandingkan ONH reguler.
Perbandingan ONH di tahun 2014 :
- ONH reguler   :   40 jutaan
- ONH plus       :  165 jutaan

Action plan :

1. Niat untuk berhaji
Setelah membaca uraian tentang persiapan dana haji, berniatlah untuk pergi menunaikan ibadah haji. Niat itu sudah setengah kejadian. Maksudnya, apabila sudah ada niat, kita mulai bersiap secara mental, fisik, maupun dana untuk berhaji. Sehingga, impian ibadah haji insya Allah akan terwujud nyata.


2. Buat perencanaan dana ibadah haji
Semestinya jika hendak berhaji kita mulai memperhitungkan jumlah dana yang diperlukan, berapa tahun mengumpulkannya, dan berapa tabungan yang harus disetor ke bank setiap bulannya. Kita mulai membuat pilihan rencana keberangkatan, dengan ONH reguler atau ONH plus, kapan berangkat haji, dst.


3. Modifikasi rencana pengeluaran untuk menambah tujuan finansial naik haji
Lakukan penghematan pada pos-pos pengeluaran yang kurang prioritas, kumpulkan dananya, dan masukkan ke rekening untuk biaya naik haji.


4. Pilih produk investasi yang sesuai dengan profil risiko
Jika investasi dijadikan pilihan untuk mempercepat perolehan dana haji, perlu dicermati jenis-jenis investasi yang dipilih, termasuk risiko yang melekat pada instrumen investasi tersebut.
Sebuah contoh : uang sebesar 1,5 juta yang disetor tiap bulan kemudian diinvestasikan selama 5 tahun pada reksadana campuran agresif (return 15 %) mampu menghasilkan dana sebesar 132 juta.
Maka, investasi yang benar bisa menjadi alat untuk mempercepat tersedianya akumulasi dana untuk biaya berhaji ke Tanah Suci.


Secara sederhana Prita Ghozie berbagi cerita tentang cara mudah untuk menyisihkan dana kebutuhan biaya haji :
1. Di awal bulan, ambil 10 % dari penghasilan dan masukkan ke rekening khusus dana haji.
2. Lakukan program menabung dengan sistem HAPSARI (HAnya Perlu Seribu Aja sehaRI). Menabung dari jumlah yang relatif kecil ini dilakukan untuk membentuk kebiasaan menabung secara konsisten. Setelah mampu rutin menabung, jumlahnya bisa ditingkatkan terus-menerus.
3. Usahakan agar kegiatan menabung atau investasi setiap bulan dilakukan secara konsisten hingga dana haji berhasil tercapai.

       Sebagai penutup, Prita Ghozie memberi semangat dan bukti nyata bahwa biaya yang relatif besar untuk menunaikan Rukun Islam kelima tersebut pasti akan tergantikan sepulang menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu, sebagai muslim kita sebaiknya berusaha untuk memampukan diri menunaikan ibadah haji. Kategori mampu bagi setiap orang pasti berbeda-beda, mengingat kondisi masing-masing orang tidak serupa. Yang jelas, apabila kemampuan berhaji sudah terpenuhi, segeralah mendaftar dan melunasi dana ONH, mengingat antrian ibadah haji semakin panjang. Hal lain yang patut dipertimbangkan, biasanya manula mendapatkan prioritas berangkat lebih didahulukan. Jadi selagi masih berusia muda, jangan menunda mempersiapkan dana menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci untuk memenuhi salah satu Rukun Islam. Jangan lupa bahwa haji mabrur balasannya adalah surga. 






Sunday, November 29, 2015

Kerja Keras Pasti Berbuah Manis


Hasil kerja keras, sebuah rumah.

       Salah satu nilai yang saya pelajari dari keluarga adalah tentang kerja keras. Kakek saya pernah menanamkan bahwa beliau tidak suka pada anak yang pemalas. Itu sebabnya sejak kecil saya terbiasa melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, menyiram tanaman, mencuci baju, menyeterika pakaian, membantu ibu memasak, dan lain-lain. Sejak kecil saya juga dibiasakan mencari uang sendiri untuk membeli buku-buku dan perlengkapan sekolah. Saya terbiasa menulis dan mengirimkan tulisan tersebut ke majalah anak-anak. Jika tulisan saya dimuat, honornya saya belikan buku, tempat pensil, atau perlengkapan sekolah yang saya butuhkan.

       Saya kuliah di sebuah sekolah kedinasan. Tentu saja semangat kerja keras ditanamkan kepada para mahasiswanya. Sehingga saat memasuki dunia kerja saya sudah tidak asing dengan pola hidup bernuansa kerja keras. Di samping bekerja sebagai seorang PNS, saya melanjutkan kebiasaan untuk menulis dan mencari penghasilan tambahan dengan berjualan jilbab serta perlengkapan muslimah. Sebagian uang gaji, honor menulis, dan keuntungan berjualan jilbab saya simpan dalam rekening bank. Saya bersyukur bahwa hasil kerja keras selama bertahun-tahun bekerja akhirnya bisa dipergunakan untuk membayar uang muka rumah. Saat ini saya terus bekerja keras disertai ketekunan untuk terus meningkatkan penghasilan dari sumber yang halal, menulis, juga berjualan jilbab serta buku-buku.

       Saat ini saya memiliki beberapa keponakan, tepatnya tujuh orang. Di hari raya Idhul Fitri, kakak-kakak, dan para keponakan biasa berkumpul di rumah bapak dan ibu. Saat momen istimewa itu, saya sering mengajak keponakan-keponakan untuk berdiskusi bersama. Saya tanamkan nilai kerja keras kepada mereka. Satu hal yang saya lakukan adalah tidak mudah menuruti permintaan atau rengekan mereka untuk dibelikan barang-barang tertentu, misalnya handphone seri terbaru, sepatu model baru, atau benda-benda sekadar buat memenuhi gaya saja. Saya meminta para keponakan untuk berusaha mencari uang sendiri apabila mereka menginginkan sesuatu. Saya berikan contoh nyata, bahwa di masa muda sampai kini saya berusaha memenuhi beragam keinginan dengan bekerja keras.  

Berikut ini beberapa kiat yang saya lakukan untuk menanamkan nilai kerja keras kepada para keponakan saya : 


1. Mengajak untuk mengamalkan ajaran agama

Salah satu ayat Al-Qur’an dengan gamblang menuliskan ajaran untuk bekerja keras. Saya tuliskan terjemahan QS. At-Taubah ayat 105 : Dan katakanlah,”Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui apa yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Kalam Allah SWT ini saya jadikan motivasi bagi para keponakan agar mereka mengikuti ajaran Islam yang tertera di dalam kitab suci. Sebagai muslim yang baik, etos kerja keras semestinya menjadi bagian dalam setiap kegiatan kehidupan. Kelak, Allah SWT dan rasul-Nya akan melihat hasil pekerjaan kita. Bukankah sepatutnya bila kita bekerja dan beramal dengan sebaik-baiknya? Kerja keras, bersungguh-sungguh, serta ikhlas karena Allah SWT itulah kata kuncinya.


2. Memberi contoh (teladan) nyata di dalam kehidupan

Satu contoh nyata yang saya tunjukkan kepada para keponakan adalah usaha untuk mempunyai sebuah rumah. Saya bekerja keras untuk bisa memiliki rumah, meski mencicil selama 15 tahun. Saya tak hanya berusaha rajin bekerja di kantor. Saya melengkapinya dengan ketekunan untuk mengumpulkan penghasilan tambahan. Alhamdulillah, impian tentang rumah milik sendiri terwujud nyata.


3. Mengajarkan nilai kerja keras lewat cerita-cerita

 Ada sebuah pepatah Bahasa Inggris yang melekat dalam ingatan saya. Rome was not built in a day. Roma tidak dibangun dalam waktu satu hari. Pepatah sederhana ini mengandung pesan tentang kekuatan kerja keras. Upaya kerja keras pada akhirnya mampu membangun sebuah kota yang tangguh. Maka, saya senang berbagi cerita kepada keponakan-keponakan tentang berbagai kisah yang memasukkan pesan moral pentingnya kerja keras dalam menaklukkan tantangan kehidupan.

       Demikianlah melalui cara-cara bersahaja saya berusaha mengajarkan dan menanamkan nilai kerja keras kepada para keponakan. Saya yakinkan dalam setiap kerja keras kita pasti akan menikmati hasil, buah yang manis. Saya berharap bahwa kebiasaan kerja keras akan berakar dalam hati dan perilaku mereka. Setelah dewasa, memasuki dunia kerja semoga mereka mampu menjaga etos kerja keras, dan membuat mereka tidak mudah melakukan kecurangan (korupsi).




#parentingantikorupsi #GakPakeKorupsi. ^_^