Monday, August 11, 2014

Tamu dari Kuwait


Mertik dan rombongan.


           Alhamdulillah, Ahad, 10-08-2014 rumah kecil saya kedatangan tamu. Mertik Kartikasari (Ika) bersilaturahmi ke Sidoarjo. Sewaktu SMA, saya mengenal Ika sebatas senyuman. Setiap bertemu pandang, kami saling melempar senyuman.Setiap bertatap mata, kami kembali tersenyum-senyum. Ya, hanya sebuah senyuman. Tanpa kata-kata, tak ada obrolan. Kami tak pernah sekelas, hanya saling mengenal sebatas senyuman. Setelah lulus SMA, kami tak pernah bertemu. Saya menjalani skenario kehidupan dari-Nya. Ika juga melalui kisah perjalanan yang ditulis-Nya. Hingga tahun 2010 lalu, kami bersua kembali via jejaring sosial (facebook). Ika bekerja nun jauh di Kuwait sana. Saya sempat bertanya-tanya, alasan apa yang membuatnya terdampar di negeri yang jauh di ujung sana?


           Akhirnya, di siang hingga sore hari Ahad ini kami tak sekadar bertukar senyuman. Kami bertemu dan bertukar cerita. Ternyata, Allah SWT memberi kami tema hidup yang hampir sama, hanya berbeda alur cerita. Saya kini mengenal Ika dengan lebih baik. Di mata saya, dia sosok yang tegar dan mandiri. Bukankah butuh kemampuan lebih untuk bekerja di negeri yang jauh dari kampung halaman?

Santap siang sederhana, gado-gado.


Ika teman yang ramah dan senang bercerita. Saya baru sekali ini berbincang akrab, woman to woman, berbagi kisah dengannya. Namun, aneka ragam cerita perjalanan hidup mengalir lancar dari bibir Ika. Dari Ika hari ini saya belajar banyak hal, tentang kasih sayang, kemandirian dan optimisme meraih masa depan yang lebih baik. Ika seorang wanita, seorang ibu yang berjuang untuk mewujudkan masa depan bagi putra-putrinya. Dia bersemangat menjalani hidup ini. Dia berani hijrah menjemput rezeki di Kuwait, sebuah negara yang sangat berbeda dengan Indonesia. Ika sabar, kuat dan mampu melakoni semuanya.


            Sore hari, saya antarkan Ika berkeliling di perumahan saya. Ika sebenarnya bersilaturahmi sekaligus mencari sebuah rumah untuk investasi. Sayangnya, dua rumah yang pernah ditawarkan untuk dijual sudah dibeli orang. Mungkin, rezeki Ika bukan di perumahan saya. Allah SWT pasti memilihkan tempat yang terbaik baginya.

Cinderamata dari Kuwait.





Waktu berlalu tanpa terasa. Ika pamit pulang untuk mengunjungi putrinya di Kediri. Saya antarkan dia hingga Terminal Bungurasih. Ada rasa sedih saat berpisah dengannya. Di sesi yang tak terlalu lama bersama Ika, saya belajar hal-hal baru darinya. Ika bukanlah sosok yang cengeng. Dia mantap melangkah, menjemput masa depan untuk kedua buah hatinya. Ika mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Dia seorang ibu yang bertanggungjawab pada putra-putrinya. Dia melewati berbagai ujian tetap dengan senyuman.

            "Kesulitan dan ujian hidup akan membuatmu menjadi lebih pintar," pesan Ika setelah mendengarkan curhat saya.

           Jazakumullah, Sist! Seuntai doa indah saya panjatkan untuknya saat bus yang ditumpangi Ika melaju perlahan meninggalkan terminal. Setiap orang punya kisah hidup sendiri-sendiri, ujian yang berbeda-beda. Kesabaran dan mendekat pada Allah SWT adalah salah satu solusi dalam menjalani beraneka ujian kehidupan. Terima kasih, Ika. Semoga Allah SWT memberi kita kesempatan untuk bersilaturahmi lagi.