Seorang muslimah itu ibarat bunga yang cantik. |
Suatu pagi di
semester tiga atau tahun kedua perkuliahan,
aku tiba-tiba mendapat hidayah untuk menutup aurat. Sehari sebelumnya, aku
mengikuti seminar tentang nilai-nilai wanita Islam. Namun, aku berjilbab
bukanlah karena materi seminar atau kepiawaian pembicara yang memukau kalbu.
Aku memutuskan berhijrah karena tersentuh oleh sebuah lagu dan tersentil oleh peristiwa jatuhnya sebuah pesawat terbang.
Lagu yang menembus relung jiwaku adalah “Twinkle-twinkle
Little Star.” Lagu ini sering kudengar dan membuatku berpikir tentang Tuhan
di atas ‘Arsy serta hukum-hukum-Nya. Salah satu hukum itu tentang kewajiban
berjilbab bagi kaum muslimah.
Sebulan
sebelum aku berjilbab, ada peringatan
hari ABRI yang digelar di Jakarta. Aku mendengar berita dari radio bagaimana
gagahnya pasukan-pasukan tersebut berparade. Akan tetapi, saat pulang ke
markasnya salah satu pesawat pengangkut sejumlah prajurit jatuh dan menewaskan
para penumpangnya. Aku tersentak dan merenung. Alangkah mudahnya Allah Swt
mengambil ruh dari jasad hamba-hamba-Nya. Jika waktuku tiba, apa yang akan
kubawa menghadap-Nya? Aku belum banyak beramal kebaikan, menutup aurat saja
tidak sempurna.
Alhamdulillah,
sejak hari pertama aku berjilbab banyak teman yang mendukungku. Aku sangat bersyukur
dan senang dengan perhatian mereka. Satu hal yang aku tekadkan di hari pertama
berhijab adalah memperbaiki niatku berhijrah. “Aku harus memperbaiki kualitasku
sebagai seorang muslimah. Aku harus mampu menjadi seorang duta yang baik bagi
Islam. Aku sebaiknya juga mengajak muslimah lainnya untuk berjilbab,” ikrarku
di dalam hati.
Alhamdulillah,
saat kuliah aku bisa mengajak beberapa teman untuk aktif di kajian keislaman
dan berujung dengan kemauan mereka menutup aurat dengan benar sesuai syariat
Islam. Setelah bekerja, aku meneruskan langkah untuk menggandakan jilbab pada
teman-teman di kantor. Saat bertugas di Surabaya, aku adalah satu-satunya hijaber di kantorku. Aku membuka
pengajian untuk ibu-ibu muslimah di kantor. Aku meminta ustadzah membahas
masalah berjilbab dan berbagai hal tentang keislaman. Aku sangat bahagia ketika
satu teman kantorku akhirnya mendapat hidayah, berjilbab.
Aku terus berdoa dan
memotivasi ibu-ibu lainnya untuk berhijab. Alhamdulillah,
kini ibu-ibu muslimah di lingkungan kerjaku sebagian besar berjilbab. Mereka
pun aktif menambah ilmu keislaman dengan mengikuti kajian dan belajar membaca
Al-Qur’an di sela-sela kegiatan kerja. Insya
Allah, aku berusaha terus menambah
jilbaber di manapun aku berada. Semoga Allah Swt meridhoi misi muliaku ini.
Amien Yaa Rabbal ‘Alamin.
No comments:
Post a Comment