Wednesday, July 17, 2013

Aku Gandakan Jilbabku

Seorang muslimah itu ibarat bunga yang cantik.

           Suatu pagi di semester tiga atau tahun kedua perkuliahan, aku tiba-tiba mendapat hidayah untuk menutup aurat. Sehari sebelumnya, aku mengikuti seminar tentang nilai-nilai wanita Islam. Namun, aku berjilbab bukanlah karena materi seminar atau kepiawaian pembicara yang memukau kalbu. Aku memutuskan berhijrah karena tersentuh oleh sebuah lagu dan tersentil oleh  peristiwa jatuhnya sebuah pesawat terbang. Lagu yang menembus relung jiwaku adalah “Twinkle-twinkle Little Star.” Lagu ini sering kudengar dan membuatku berpikir tentang Tuhan di atas ‘Arsy serta hukum-hukum-Nya. Salah satu hukum itu tentang kewajiban berjilbab bagi kaum muslimah.  

            Sebulan sebelum aku berjilbab, ada peringatan hari ABRI yang digelar di Jakarta. Aku mendengar berita dari radio bagaimana gagahnya pasukan-pasukan tersebut berparade. Akan tetapi, saat pulang ke markasnya salah satu pesawat pengangkut sejumlah prajurit jatuh dan menewaskan para penumpangnya. Aku tersentak dan merenung. Alangkah mudahnya Allah Swt mengambil ruh dari jasad hamba-hamba-Nya. Jika waktuku tiba, apa yang akan kubawa menghadap-Nya? Aku belum banyak beramal kebaikan, menutup aurat saja tidak sempurna.  

            Alhamdulillah, sejak hari pertama aku berjilbab banyak teman yang mendukungku. Aku sangat bersyukur dan senang dengan perhatian mereka. Satu hal yang aku tekadkan di hari pertama berhijab adalah memperbaiki niatku berhijrah. “Aku harus memperbaiki kualitasku sebagai seorang muslimah. Aku harus mampu menjadi seorang duta yang baik bagi Islam. Aku sebaiknya juga mengajak muslimah lainnya untuk berjilbab,” ikrarku di dalam hati.

            Alhamdulillah, saat kuliah aku bisa mengajak beberapa teman untuk aktif di kajian keislaman dan berujung dengan kemauan mereka menutup aurat dengan benar sesuai syariat Islam. Setelah bekerja, aku meneruskan langkah untuk menggandakan jilbab pada teman-teman di kantor. Saat bertugas di Surabaya, aku adalah satu-satunya hijaber di kantorku. Aku membuka pengajian untuk ibu-ibu muslimah di kantor. Aku meminta ustadzah membahas masalah berjilbab dan berbagai hal tentang keislaman. Aku sangat bahagia ketika satu teman kantorku akhirnya mendapat hidayah, berjilbab. 

            Aku terus berdoa dan memotivasi ibu-ibu lainnya untuk berhijab. Alhamdulillah, kini ibu-ibu muslimah di lingkungan kerjaku sebagian besar berjilbab. Mereka pun aktif menambah ilmu keislaman dengan mengikuti kajian dan belajar membaca Al-Qur’an di sela-sela kegiatan kerja. Insya Allah, aku berusaha terus menambah jilbaber di manapun aku berada. Semoga Allah Swt meridhoi misi muliaku ini. Amien Yaa Rabbal ‘Alamin.


No comments:

Post a Comment