Info lomba bertema "Sadar Hati". |
"Ana dina, ana sega. Ana awan, ana pangan. Ojo kuatir. Gusti Allah tansah paring rezeki. Ada hari, ada nasi. Ada siang, ada makanan. Jangan khawatir. Allah SWT senantiasa memberi rezeki," petuah salah satu paman padaku.
Saat itu, aku duduk di bangku SMA. Aku merasa resah menghadapi masa depan. Ada rasa takut bahwa kelak aku tak bisa bekerja dan menjadi beban keluarga besar. Suatu sore, salah satu paman yang tinggal di Yogyakarta berkunjung ke rumah keluargaku di Kediri. Aku bercerita padanya tentang kegalauan di dada. Maka, pamanku memberi wejangan sebuah pepatah dari budaya Jawa. Pepatah sederhana yang mudah diingat. Sebuah slogan yang mengandung optimisme sekaligus ketawakalan. Ana dina, ana sega. Ana awan, ana pangan. Setiap hari, Allah SWT pasti menganugerahi rezeki.
Saat itu, aku duduk di bangku SMA. Aku merasa resah menghadapi masa depan. Ada rasa takut bahwa kelak aku tak bisa bekerja dan menjadi beban keluarga besar. Suatu sore, salah satu paman yang tinggal di Yogyakarta berkunjung ke rumah keluargaku di Kediri. Aku bercerita padanya tentang kegalauan di dada. Maka, pamanku memberi wejangan sebuah pepatah dari budaya Jawa. Pepatah sederhana yang mudah diingat. Sebuah slogan yang mengandung optimisme sekaligus ketawakalan. Ana dina, ana sega. Ana awan, ana pangan. Setiap hari, Allah SWT pasti menganugerahi rezeki.
Di masa muda, aku kadang
cemas kelak tak mampu mandiri. Aku pernah berniat membuka usaha sendiri. Namun,
aku takut jika bisnisku tak berhasil. Itu sebabnya, paman dari pihak ibu merasa
perlu menguatkan hatiku. Rezeki itu dicurahkan Allah SWT di setiap hari. Tak
ada alasan untuk galau, takut, cemas, resah dan pesimis menyambut masa depan.
Segala sesuatu sudah diatur dengan perhitungan yang cermat oleh Allah SWT.
Kini, aku sudah
dewasa. Beragam peristiwa pahit dan manis kehidupan telah kujalani. Aku pernah
menjalani kehidupan mapan yang penuh keindahan. Aku juga akrab dengan berbagai
ujian yang menguras air mata serta dana, sakit bertahun-tahun, beberapa musibah
yang silih berganti menggelayuti. Semua ujian yang datang dan pergi sukses
menguras sebagian penghasilan dan isi tabunganku. Perlahan tapi pasti, kondisi
keuanganku mulai goyah.
Aku
memutuskan menambah penghasilan dengan berjualan buku, jilbab, perlengkapan
muslimah dan pernak-pernik lainnya. Hal ini kulakukan untuk menutup kekurangan
dana belanja setiap bulan. Aku berusaha menambah penghasilan
bulanan yang ada. Aku teringat pesan paman di waktu muda dahulu. Aku harus
optimis menjemput rezeki. Air mata boleh menetes di sesi yang tepat. Namun, aku
harus berjuang untuk mengatasi kondisi buruk yang terjadi.
Tanpa terasa, aku
sudah setahunan menjalani kehidupan dengan agenda baru. Dahulu, aku tak perlu
mencari tambahan penghasilan. Penghasilan perbulan mampu mencukupi kebutuhan-kebutuhanku. Namun, imbas beraneka
ujian yang Allah berikan membuatku harus mencari tambahan penghasilan. Aku
sempat gamang. Aku tak pintar berjualan. Namun, ada kekuatan di saat keadaan memaksa. Aku mantapkan hati mencari tambahan rezeki setiap hari.
Aku menawarkan barang-barang jualan ke teman-temanku baik secara langsung
maupun online. Pepatah yang diajarkan
pamanku terbukti kebenarannya.
Alhamdulillah,
hampir setiap hari aku mendapat tambahan rezeki dari berjualan. Menurut
perhitungan matematika, penghasilan dari pekerjaan tetap yang
kuterima tak mampu mencukupi banyaknya tagihan. Aku sangat bersyukur bahwa
Allah SWT mengucurkan rezeki dari sumber-sumber lain. Aku merasa Allah SWT
sedang menunjukkan sifat Rahman dan Rahim-Nya.
Allah
SWT seolah sedang mengajarkan padaku tentang eksistensinya sebagai Ar-Razaq, Sang Pemberi Rezeki. Aku
diajak untuk meyakini bahwa Dialah sebaik-baik tempat meminta, sebaik-baik
pemberi kelapangan rezeki. Aku menerima banyak keajaiban dalam doa-doa yang
kupanjatkan pada-Nya. Adakalanya, aku merasa tak mampu menutup jumlah dana yang
kubutuhkan. Namun, Allah SWT selalu mencukupi kebutuhanku. Aku malah seringkali
menangis terharu karena Allah SWT menjawab doaku dengan sangat cepat, hanya
dalam hitungan beberapa jam saja.
Tiba-tiba
saja, aku teringat pada sebuah film anak-anak tentang raja hutan. Ya, Lion King. Seri ketiga Lion King dihiasi sebuah lagu manis.
Anda ingat judulnya? Benar sekali. Hakuna Matata. Artinya, jangan khawatir. Allah SWT sepertinya sedang mendidikku
berprinsip “hakuna matata” di dalam
menjalani kehidupan. Hidup semestinya dijalani dengan tanpa kekhawatiran,
tawakal, berserah diri pada-Nya. Hidup selayaknya diarungi dengan senantiasa
bersyukur, optimis dan mempercayakan segala susah serta senang di tangan Allah
SWT semata.
Saat
ini, aku sedang berupaya memulihkan kondisi perekonomian pribadi yang tengah
terpuruk. Aku terbayang sosok paman, Lion
King dan Elton John-Tim Rice, kolaborator musik dan lirik lagu “Hakuna Matata”. Aku ciptakan sebuah ‘mantra’
penyemangat diri untuk memulihkan kondisi keterpurukan menuju kemakmuran. Satu incantation aku ulang-ulang untuk
memotivasi diri sendiri. Kata-kata mutiara gabungan dari filosofi Jawa, episode
film dan syair sebuah lagu.
"Ana dina, ana sega. Ana awan, ana pangan. Hakuna matata. It means no worries for the rest of your days. Ada hari, ada nasi. Ada siang, ada makanan. Jangan khawatir. Itu berarti, tak ada kekhawatiran di sisa hari-harimu. Allah SWT senantiasa memberi rezeki," aku ulang kata-kata penyemangat berkali-kali.
Pepatah mulia dari filosofi budaya Jawa yang acapkali mulai dilupakan ternyata tetap memiliki kesesuaian dengan situasi di masa kini yang kuhadapi. Aku beruntung pernah mendapat nasihat kearifan dari pamanku. Aku menjadikan kata-kata bijak dari pitutur Jawa sebagai salah satu pedoman dalam menempuh etape perjalanan kehidupan. Aku sesuaikan falsafah Jawa dengan zaman yang kuhadapi. Aku buat sebuah semboyan baru agar lebih segar dan mudah dipahami generasi modern.
“Ana dina, ana sega. Ana awan, ana pangan. Hakuna matata. It means no
worries for the rest of your days. Ada hari, ada nasi. Ada siang, ada makanan. Jangan khawatir. Itu berarti, tak ada kekhawatiran di sisa hari-harimu. Allah SWT senantiasa memberi rezeki," aku optimis menjemput rezeki di setiap pergantian hari.
Ana dina, ana sega. Ana awan, ana pangan. Aku percayakan setiap hari baru pada Allah SWT. Aku mengisi setiap hari dengan doa, harapan, ikhtiar, tawakal dan syukur. Aku berusaha ridho dan ikhlas dengan setiap skenario rancangan-Nya. Hidup selalu ada pasang dan surutnya. Allah SWT sedang menunjukkan padaku bahwa Dia adalah Sang Maha Melapangkan, Pengabul Doa, Pemberi rezeki, Penjamin Kehidupan dan Penolong bagi hamba-hamba yang bertakwa. Dalam kesulitan, aku melihat kebesaran dan kasih sayang-Nya. Kalimat arif dari budaya Jawa di atas benar adanya. Alhamdulillah, aku hidup berkecukupan meski di sela-selanya ada kerikil ujian. Aku bersyukur selalu ada rezeki yang dilimpahkannya setiap hari.
Ana dina, ana sega. Ana awan, ana pangan. Aku percayakan setiap hari baru pada Allah SWT. Aku mengisi setiap hari dengan doa, harapan, ikhtiar, tawakal dan syukur. Aku berusaha ridho dan ikhlas dengan setiap skenario rancangan-Nya. Hidup selalu ada pasang dan surutnya. Allah SWT sedang menunjukkan padaku bahwa Dia adalah Sang Maha Melapangkan, Pengabul Doa, Pemberi rezeki, Penjamin Kehidupan dan Penolong bagi hamba-hamba yang bertakwa. Dalam kesulitan, aku melihat kebesaran dan kasih sayang-Nya. Kalimat arif dari budaya Jawa di atas benar adanya. Alhamdulillah, aku hidup berkecukupan meski di sela-selanya ada kerikil ujian. Aku bersyukur selalu ada rezeki yang dilimpahkannya setiap hari.
~ Tulisan ini disertakan dalam kontes "GA Sadar Hati - Bahasa Daerah Harus Diminati".
Baca info lomba di link : http://tenteraverbisa.wordpress.com/2014/08/22/kontes-sadar-hati-berhadiah-tablet-pc/. ^_^
Anda masih biasa berbahasa daerah? |
Bagus, bahasa e mudah n membumi
ReplyDelete@ Zheevagh : Terima kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat ya. ^_^
Delete