#LombaBlogPriceArea
 |
Info lomba menulis artikel PriceArea. |
Aku suka membaca sejak kecil, usia SD. Aku pun mulai suka menulis sejak duduk di bangku SD. Di masa-masa
sekolah, aku terbiasa menulis dengan pulpen, tanpa bantuan mesik ketik. Aku sering mengirim naskah dengan tulisan tangan. Untungnya, panitia lomba menulis bisa menerima karya-karyaku. Aku berhasil mendapat penghargaan dari
beberapa lomba menulis.
Di masa SMP s.d SMA aku tetap menulis. Di masa kuliah pada sebuah sekolah kedinasan, aku mulai jarang menulis. Saat duduk di bangku tingkat II, para mahasiswa mendapat
uang saku. Di tahun terakhir perkuliahan, ada tugas membuat skripsi kecil. Aku memutuskan membeli sebuah mesin ketik. Sejak itu, aku terbiasa mengetik tugas-tugas perkuliahan maupun tulisan untuk lomba dengan mempergunakan
mesin ketik. Aku kembali ke dunia lamaku, menulis. Sayangnya, setelah bekerja dengan kesibukan yang padat menjadikanku malas menulis.
Kemajuan teknologi memunculkan piranti baru bernama komputer. Peralatan canggih ini menawarkan aneka kemudahan dalam membuat beragam tulisan. Aku tak perlu menghapus
kesalahan ketik dengan susah payah, cukup menekan tombol tertentu, kesalahan sudah bisa diperbaiki. Pekerjaan mengetik semakin menyenangkan. Aku merasa tugas-tugas kantor dan mengirim tulisan lebih ringan penyelesaiannya.
Episode
baru dalam perkembangan dunia informasi dan teknologi semakin semarak dengan hadirnya internet. Dunia seolah di ujung jemari para penggunanya. Manusia dari
belahan bumi yang berjauhan bisa saling terhubung. Kehidupan antarbangsa seakan tak lagi berjarak. Keadaan dalam rumah seseorang pun dapat diintip dengan sangat mudah. Ruang privasi pribadi sepertinya semakin sempit. Internet
memberikan jasa terbaiknya dalam memberikan informasi dan layanan dengan cepat.
Sisi-sisi kebaikan internet sangat membahagiakan bagiku. Cita-citaku untuk menjadi seorang penulis dan mempunyai karya (buku) serasa semakin dekat jangkauannya. Singkatnya,
aku mulai ikut larut dalam dunia baru, sebuah dunia maya. Aku tak mau masuk kategori gaptek alias gagap teknologi. Aku belajar dan berupaya menaklukkan makhluk teknologi bernama internet. Aku harus mampu mengendalikan diriku
sendiri agar internet tidak mengendalikanku. Aku merasa takjub dengan beraneka layanan yang disajikan internet, dari layanan postif maupun informasi negatif yang tak bisa dipertanggungjawabkan.
Internet membuatku semakin senang belajar. Aku membuka banyak laman di internet. Dunia maya semakin menarik untuk dijelajahi. Aku menemukan toko dan pasar online. Kehidupan di era modern ini terasa semakin penuh kemudahan. Aku mencoba membuat diriku
tercatat sebagai anggota yang tergabung di dunia maya. Aku membuat akun e-mail, membuka akun jejaring sosial dan berhasil membuat sebuah blog untuk menampung tulisan-tulisanku.
Awalnya, aku masih enggan memanfaatkan internet dengan lebih optimal. Aku terbawa keseharian di lingkunganku. Internet hanya kumanfaatkan sebatas untuk mengirim surat
elektronik serta menyambung persahabatan dengan teman-teman melalui akun jejaring sosial. Suatu hari, aku punya keinginan memanfaatkan internet lebih optimal. Ada kerinduan untuk merangkai kata-kata seperti di masa lalu. Aku
ingin menulis lagi. Aku ingin punya buku. Aku ingin tulisanku mampu menginspirasi banyak orang.
Pertengahan tahun 2012 tiba. Aku melihat sebuah
informasi lomba menulis cerita anak-anak di sebuah akun facebook milik temanku. Gairah menulisku terbangkitkan, seperti api kecil yang tersiram minyak, nyala api itu membesar, bergelora di dalam dadaku. Di hari terakhir lomba, jemari
tanganku menari di tuts-tuts komputer dengan lincah. Ide di kepala tertuang lewat jentikan jemari, menghadirkan sebuah cerita anak-anak. Saat lomba diumumkan, aku terlonjak kaget. Aku tak menyangka, tulisan pertamaku setelah
hampir 10 tahun tak menulis, terpilih sebagai juara kedua. Kejadian ini menyadarkan diriku. Aku tetap punya potensi untuk menulis. Aku bisa menulis. Aku harus terus menulis. Aku ingin punya buku, karya, serta buah pikirku
sendiri. Aku ingin membuat orang lain terbang ke dunia imajinasi buah penaku.
Buku antologi pertamaku terbit, September, 2012. Judul bukunya “Senyum Malaikat Kecil.” Aku kecanduan menulis. Aku ingin menulis dan menulis. Aku ingin punya buku
antologi, lagi, lagi, dan...lagi. Aku berteguh hati, rajin menulis dan mengikutsertakan karya-karya di bermacam lomba-lomba menulis yang informasinya bertebaran di internet. Aku sangat bersyukur dengan beragam jenis lomba
yang diadakan. Kreativitasku terus terasah.
Ada
satu hal yang membuatku harus bersyukur dengan kecanggihan teknologi internet. Aku menemukan jalan untuk menjadi seorang penulis terbuka lebih lebar dibandingkan di masa kecil dan masa remajaku dahulu. Saat ini, aku bisa mengetik
naskah dengan bantuan komputer. Aku bisa mengirimkan naskahku ke penerbit atau panitia lomba memakai jasa e-mail. Aku mendapatkan data alamat berbagai penerbit, info lomba menulis dan berteman dengan
banyak penulis lewat fasilitas internet.
Audisi demi audisi menulis kuikuti, aku pun menuai hasilnya. Aku mencatatkan namaku sebagai kontributor 43 buku antologi. Aku juga menghasilkan 1 buku solo. Aku sungguh bersyukur. Aku memang belum menjadi
penulis terkenal, menulis buku-buku best-seller. Namun, menulis adalah sebuah proses yang butuh waktu dan jalan panjang untuk menjadi sosok penulis yang handal. Aku yakin bahwa suatu hari nanti namaku turut menyemarakkan
deretan nama-nama penulis di dunia kesusasteraan Indonesia. Aku kini masih masuk kategori penulis pemula, kontributor penerbit-penerbit indie. Aku bersyukur bahwa ada buku antologiku yang dipasarkan di Toko Buku Gramedia seluruh
Indonesia. Terakhir, aku lulus audisi menulis buku “Storycake : Kekuatan Doa” yang insya Allah akan diterbitkan Penerbit Gramedia.
Alhamdulillah, rasa syukurku tiada terkira. Aku berhasil memanfaatkan sisi positif kemajuan teknologi dalam kehidupanku. Aku bisa meraih salah satu impianku, memiliki
buku hasil tulisanku sendiri. Aku membangun optimisme bahwa internet akan mengantarkanku menggapai asa dan cita-citaku menjadi seorang penulis yang berkualitas. Aku membangun mimpi-mimpi. Aku bercita-cita menuliskan karya-karya
Islami. Aku ingin memberi pencerahan dan cahaya kepada umat manusia, dalam lingkup seluas-luasnya.